[caption caption="Dua peserta "Dialogue Training" dan sekaligus peserta Asia-Pacific Region Scout Youth Forum. (Foto: Alif Nurfakhri Mohammad)"][/caption]
Selama ini, kalau kita melihat foto-foto atau menyaksikan tayangan video tentang pertemuan-pertemuan kepanduan internasional dalam bentuk konferensi (atau kalau di Indonesia biasanya disebut rapat kerja dan musyawarah), maka yang terlihat adalah para anggota Gerakan Pramuka yang telah berusia dewasa. Di atas 25 tahun, bahkan banyak juga yang di atas 50-60 tahun.
Namun sejak beberapa waktu lalu, setiap pertemuan seperti Konferensi ke-25 Kepanduan Kawasan Asia-Pasifik (25th Asia-Pacific Region/APR Scout Conference) yang akan digelar 3-8 November 2015, telah melibatkan cukup banyak kaum muda yang berusia maksimal 25 tahun. Sebelum konferensi diselenggarakan, diadakan pula pertemuan khusus kaum muda untuk para Pramuka/Pandu setara dengan golongan Penegak (16-20 tahun) dan Pandega (21-25 tahun). Acara yang disebut APR Youth Forum itu, biasanya diselenggarakan sekitar seminggu sebelum konferensi berlangsung.
Kali ini pun, APR Youth Forum digelar di pusat pelatihan kepanduan kawasan Asia-Pasifik di Suncheon, Korea Selatan. Dua hari pertama, para peserta yang merupakan perwakilan organisasi nasional kepanduan di kawasan Asia-Pasifik, mengikuti suatu lokakarya yang bertajuk “Dialogue Training”. Ini adalah lokakarya yang merupakan bagian dari pelatihan aktivitas Messengers of Peace (MoP) atau di-Indonesia-kan menjadi “Duta Perdamaian”.
Lokakarya semacam itu sudah cukup sering diadakan. Pertama kali diselenggarakan di Singapura pada Mei 2011. Saat itu, Gerakan Pramuka diwakili oleh lima Pramuka Penegak dan Pandega, serta dua Pembina Pramuka. Sementara dalam acara di Korea Selatan kali ini, Gerakan Pramuka diwakili oleh Alif Nurfakhri Muhammad dan Rizky Dwi Amanda. Keduanya adalah anggota Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega tingkat Nasional (DKN).
Seusai dua hari lokakarya, kedua anggota Gerakan Pramuka beserta lainnya, meneruskan kegiatan APR Youth Forum. Di sini, kaum muda dari dunia kepanduan diharapkan mau bersuara, menyuarakan pemikiran dan keinginan mereka, yang hasilnya akan disampaikan pada konferensi mendatang. Suara kaum muda inilah yang perlu didengar, karena orang-orang dewasa yang ikut konferensi sesungguhnya harus mendengar suara kaum muda itu, karena biar bagaimana pun kegiatan kepanduan adalah kegiatan pendidikan bagi kaum muda. Apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diharapkan kaum muda, itulah yang harus diupayakan terpenuhi, agar kaum muda dapat berkembang menjadi manusia-manusia dewasa yang berguna bagi sesama.
Pada saat APR Youth Forum itu diadakan juga pemilihan anggota Young Adult Member Group (YAMG). Mereka adalah perwakilan kaum muda di kepanduan kawasan Asia-Pasifik, yang menjadi bagian dari Komite dan Subkomite Kepanduan Kawasan Asia-Pasifik. Mereka itulah yang akan menjadi “penyambung lidah” teman-temannya, puluhan juta Pramuka/Pandu dari seluruh Asia-Pasifik.
Sayangnya, kali ini tidak ada wakil dari Gerakan Pramuka yang mencalonkan diri untuk dipilih sebagai anggota YAMG. Padahal ini kesempatan baik, untuk berkiprah di dunia internasional, sekaligus menjadi representasi dari Gerakan Pramuka yang merupakan organisasi nasional kepanduan dengan jumlah anggota terbanyak di dunia, mencapai sekitar 20 juta anggota. Apa pun itu, diharapkan kedua wakil Gerakan Pramuka yang mengikuti APR Youth Forum dapat menimba ilmu sebanyak-banyaknya, untuk kemudian dibagikan kepada teman-temannya di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H