Sewaktu bersama pengurus Lingkar Warisan Kotatua Jakarta (Lingwa) mengadakan survey untuk memperbaiki dan mencoba menyelamatkan keberadaan Masjid Angke di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, ada hal “sampingan” tetapi tetap menarik untuk diceritakan kembali. Pada salah satu ruangan setengah terbuka yang terletak di bagian belakang masjid itu, tergantung jam dinding dengan ukuran diameter sekitar 50 sentimeter.
Jam itu segera menarik perhatian sejumlah pengurus Lingwa yang ke sana, karena terdapat tulisan berbahasa Belanda di lingkar luarnya, sedangkan di bagian lingkaran dalam di mana terdapat jarum jam terdapat tulisan berbahasa Arab. Ketika ditanyakan kepada Pak Abian, pengurus Masjid Angke, sosok jam aslinya tidak seperti itu.
Menurutnya, jam itu ditemukan beberapa waktu lalu ketika dia dan pengurus Masjid Angke lainnya sedang membersihkan loteng masjid tersebut. Di antara tumpukan barang-barang itu, ditemukan jam tersebut tergeletak begitu saja. Namun, ketika ditemukan kondisinya sudah rusak dan mesin jamnya tak berfungsi lagi.
Maka setelah dibersihkan oleh Abian, jam itu diganti bagian tengahnya dan diberi mesin baru. Kini jam itu berfungsi kembali, sebagai penunjuk waktu bagi mereka yang ada di komplek Masjid Angke. Sayangnya, bagian jam yang rusak sudah dibuang, jadi tak bisa diketahui lagi bagian tengah asli dari jam dinding tersebut.
Bukan Cap Nona
Melihat bentuk dan kondisi fisiknya, diperkirakan jam dinding itu termasuk jam lama dari zaman Hindia-Belanda. Suatu hal yang tak perlu diherankan, karena Masjid Angke memang telah ada sejak lama, tepatnya sejak 1761, ketika Belanda masih menguasai Indonesia.
Tapi jam itu sebenarnya? Kalau membaca tulisan yang berada di lingkar luar jam itu tertulis “Vraag Melkmeisje Finjste” di bagian atas, dan “Melk” di bagian bawah. Banyak orang segera paham kata melk dalam Bahasa Belanda, yang berarti “susu” dalam Bahasa Indonesia.
Di situ juga ada kata meisje yang berarti “gadis” atau “nona”. Maka ada yang berasumsi bahwa itu adalah jam dinding promosi susu Cap Nona. Lalu vraag yang berarti “minta” atau “permintaan dan fijnste yang berarti “terbaik”, segeralah digabungkan menjadi kalimat yang diartikan “mintalah susu Cap Nona terbaik”.
Memang, susu Cap Nona telah ada di Indonesia sejak 1890-an. Iklan-iklannya juga dapat dilihat di majalah-majalah keluarga pada zaman Hindia-Belanda. Bahkan papan iklannya yang dibuat dari kaleng, kini direproduksi sebagai hiasan oleh para kolektor barang-barang vintage. Tapi betulkah itu jam promosi susu Cap Nona?
Ini adalah lukisan karya Johannes Vermer, salah satu maestro seni lukis Belanda, yang hidup antara 1632 sampai 1675. Lukisannya “Het Melkmeisje” itu diperkirakan dilukis antara 1657 dan 1658. Menggunakan cat minyak di atas kanvas, lukisan berukuran 45,5 x 41 sentimeter itu, kini berada di Rijsksmuseum di Amsterdam, Belanda.
Para pengamat seni rupa juga menyebutkan bahwa walaupun judulnya “Het Melkmeisje” yang berarti pemerah susu atau orang yang langsung memerah susu dari sapi, lukisan tersebut lebih menceritakan seorang gadis pembantu yang sedang bekerja di dapur, menyiapkan minuman susu untuk majikannya.