[caption caption="Seorang Pembina Pramuka dari Tangerang Selatan sedang memotret aktivitas di wilayahnya. Selain untuk dokumentasi, foto hasil karyanya dapat membantu mempubilkasikan kegiatan-kegiatan kepramukaan pada masyarakat luas. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)"][/caption]
Sejak beberapa waktu lalu telah ada komunitas pewarta Pramuka, yang dalam Bahasa Inggris disebut Indonesia Scout Journalist (ISJ). Ide ini berawal ketika Kak R. Andi Widjanarko menghubungi saya. Dia berprofesi sebagai fotografer profesional, yang juga aktif dalam komunitas penggemar barang-barang jadul (jaman dulu). Salah satu yang dikoleksinya adalah seragam-seragam berbagai organisasi, termasuk seragam kepanduan dari berbagai negara.
Mengetahui saya juga senang mengoleksi memorabilia kepanduan, dia menghubungi saya. Awalnya, Kak Andi mengungkapkan ingin membentuk komunitas pencinta foto kepanduan. Saya lalu memberi ide, mengapa tidak membentu komunitas pewarta kepanduan saja, jangan dibatasi hanya pewarta foto? Kak Andi setuju.
Komunitas itu lalu dinamakan The Indonesia Scout Journalist Community (Komunitas Pewarta Scout Indonesia). Tidak ada tanggal tepat pendirian komunitas tersebut, bila diperlukan, dapat dicatat 14 Agustus 2015 adalah untuk pertama kalinya diperkenalkan badge ISJ yang merupakan desain dan buatan Kak Andi. Badge yang pertama dibuatnya, diserahkan kepada saya.
ISJ pada hakekatnya adalah komunitas kemasyarakatan non-politis yang bersifat independen, bukan merupakan bagian dari Gerakan Pramuka, tetapi membantu upaya yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka. Tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan minat jurnalistik di kalangan anggota Gerakan Pramuka, maupun minat pewarta untuk lebih banyak mempublikasikan berita-berita kepramukaan. Baik dalam bentuk tulisan berita maupun foto berita.
Komunitas ini memang terbuka juga untuk mereka yang bukan anggota Gerakan Pramuka. Tidak dipersoalkan apakah pernah atau sama sekali belum pernah aktif di Gerakan Pramuka. Intinya, komunitas ini terbuka untuk semua warganegara Indonesia yang menyetujui tujuan komunitas.
Setidaknya ada tiga tujuan komunitas, yaitu membantu meningkatkan minat jurnalistik di kalangan anggota Gerakan Pramuka, membantu meningkatkan minat pewarta umum untuk lebih banyak mempublikasikan berita-berita kepramukaan, serta menghimpun pewarta, baik dari kalangan Gerakan Pramuka maupun dari luar Pramuka, untuk bersama-sama mengembangkan hobi jurnalistik yang dapat dikembangkan menjadi profesi pilihan.
Dalam perjalanan awalnya, ada beberapa lagi yang ikut bergabung mendirikan komunitas ini. Mereka antara lain Kak Djoko AW dari Surabaya, Jawa Timur, dan Kak Taufik Umar Prayoga dari Bogor, Jawa Barat. Ada lagi Kak Paklong Pradana dari Kepulauan Riau. Serta sejumlah nama lainnya. Selain Kak Andi yang sudah tak aktif lagi menjadi anggota Gerakan Pramuka, nama-nama lain yang disebutkan masih aktif di Gerakan Pramuka. Baik di gugusdepan maupun di kwartir masing-masing.
Mengingat sebagian besar di antara kelima pendiri awal komunitas juga merupakan kolektor benda memorabilia kepanduan, maka ISJ juga diarahkan agar melengkapi aktivitas mengoleksi tersebut.
Seperti dijelaskan Kak Djoko AW, kehadiran ISJ untuk melakukan upaya-upaya cerdas agar aktivitas Pramuka terdokumentasi dengan baik, terjadi dengan cantik, dan dapat diminati serta dinikmati siapa saja. Ini memang penting, karena dari pengalaman selama ini sebagai seorang kolektor memorabilia kepanduan dan penulis sejarah kepanduan, saya cukup merasakan kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan tulisan berita dan foto berita kepanduan di Indonesia dari masa lalu.
Contoh yang paling mudah, foto-foto dan tulisan berita tentang apel besar di depan Istana Negara saat Presiden RI Soekarno menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 14 Agustus 1961 – tanggal yang kemudian dijadikan Hari Pramuka dan diperingati tiap tahunnya – cenderung hanya itu-itu saja. Tidak banyak foto yang tersisa.