[caption id="attachment_361838" align="aligncenter" width="600" caption="Sampul Peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang bakal ditandatangani Presiden RI di gedung Museum KAA, Bandung, Jawa Barat, 24 April 2015 mendatang. (Foto: Istimewa)"][/caption]
Peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) sudah dimulai. Pertemuan-pertemuan pendahuluan setingkat Menteri dan pejabat-pejabat tinggi kementerian dari 109 negara sudah dimulai di Jakarta Convention Centre, balai sidang yang sampai saat ini dianggap masih paling representatif di tengah kota Jakarta,
Selanjutnya pada 22-23 April 2015 akan ada pertemuan puncak para pemimpin negara Asia-Afrika di tempat yang sama. Sehari kemudian, untuk memperingati peristiwa bersejarah 60 tahun silam itu, para pemimpin-pemimpin negara Asia-Afrika akan kembali mengunjungi tempat yang kini dinamakan Museum Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat.
Pada kesempatan itu, menurut rencana Presiden Republik Indonesia yang sering juga diistilahkan dengan “RI-1”, akan menyampaikan sambutan peringatan dan diakhiri dengan penandatanganan Sampul Peringatan (SP) 60 Tahun KAA. Benda yang disebut SP tersebut adalah amplop yang di bagian kiri depan tercetak gambar dan tulisan yang sesuai dengan tema peringatan. Kemudian di bagian kanan depan ditempel prangko yang sedapat mungkin sesuai, dan dibubuhi cap atau stempel pos khusus untuk memperingati peristiwa yang dimaksud.
Dalam SP 60 Tahun KAA ini, bagian depan sampul itu selain gambar dan tulisan di bagian, juga dipenuhi dengan gambar hitam-putih di latar belakang, yang berisikan foto-foto dari pelaksanaan KAA pada 1955. Prangko yang dipilih adalah Prisma (Prangko Identitas Milik Anda). Pada Prisma, seseorang, instansi, atau perusahaan dapat mencetak desain yang mereka inginkan dengan memesan kepada PT Pos Indonesia. Tentu saja desain itu harus sesuai aturan, tidak melanggar Undang-Undang.
Tapi kenapa Prisma? Kenapa bukan prangko peringatan tersendiri? Indonesia sudah pernah menerbitkan prangko KAA, yaitu pada pelaksanaan KAA di tahun 1955, kemudian juga saat peringatan 50 tahun KAA. Kali ini, tidak diterbitkan prangko khusus, dan hanya menggunakan Prisma. Hal ini dilakukan bukan karena Pemerintah tidak menghormati peringatan 60 tahun KAA.
Ada peraturan, bahwa untuk menerbitkan prangko peringatan ulang tahun maka harus sudah berusia 25 tahun atau kelipatan 25 tahun. Pemerintah tentu tak mau melanggar peraturannya sendiri. Namun, karena peringatan 60 tahun KAA ini dianggap penting, maka diterbitkanlah SP 60 Tahun KAA.
Sedangkan mengenai cap atau stempel pos khusus yang diterakan, memang dituliskan “Bandung, 24 April 2015”, karena SP itu diterbitkan dan akan diluncurkan pertama kali di Bandung, setelah acara penandatanganan oleh RI-1. Sekaligus untuk memperingati bahwa di Kota Bandung itulah, pelaksanaan KAA yang fenomenal itu pernah berlangsung.
Paspor Filateli
Bersamaan dengan peringatan 60 tahun KAA itu, PT Pos Indonesia juga menyelenggarakan beragam acara yang dipusatkan di Kantor Pos Bandung yang terletak di Jalan Asia-Afrika No.49, sejajar dengan gedung Museum KAA dan hanya 2-3 menit berjalan kaki jarak antara kedua bangunan itu. Highlight utama adalah Pameran Prangko 29 Negara Peserta KAA.
Pada saat pelaksanaan KAA 60 tahun lalu, memang hanya 29 negara yang hadir dan kini jumlahnya sudah bertambah-tambah. Memang ada negara-negara yang menyatu menjadi satu negara, tetapi lebih banyak yang “memecah diri”, atau sudah bebas dari penjajahan kolonial dan bisa menjadi negara independen.
Selain pameran prangko, akan ada kegiatan pembuatan mozaik prangko Bung Karno. Proklamator dan Presiden pertama RI itu memang merupakan salah satu penggagas dan pendukung utama bersatunya Asia-Afrika untuk menentang penjajahan dan maju bersama-sama. Tak heran di banyak negara Asia dan Afrika, Bung Karno namanya masih terkenal sampai saat ini.
Penyelenggara juga mengadakan beragam lomba. Ada kompetisi menulis dan menggambar di atas kartupos, serta lomba prangko selfie. Peserta bakal mendapat kesempatan ber-selfie (mem-foto dirinya sendiri), kemudian dicetak di atas Prisma. Tentu yang terbaik akan dipilih menjadi pemenang.
Kegiatan lainnya adalah bursa filateli, dan yang cukup menarik adalah “berkeliling dunia dengan paspor filateli”. Panitia akan menyediakan buku sejenis buku paspor yang di dalamnya ada nama-nama negara peserta KAA. Kemudian mereka yang memiliki “paspor filateli” itu dapat berkeliling membawa bukunya, membeli prangko dari negara yang namanya ada di dalam buku itu dan membubuhkan cap pada prangko tersebut.
Manajer Filateli PT Pos Indonesia, Tata Sugiarta, ketika diwawancara Radio Sonora 92FM Jakarta juga mengungkapkan, SP 60 Tahun KAA nantinya dapat pula dimanfaatkan mereka yang sudah membelinya untuk mendapatkan tanda tangan dari tokoh-tokoh berbagai negara yang hadir. Tentu untuk mendapatkan tanda tangan itu tak mudah, karena harus melalui protokoler yang cukup ketat. Namun kalau berhasil mendapatkan tanda tangan di atas SP 60 Tahun KAA maupun di “paspor filateli”, tentu merupakan kebahagiaan tersendiri. Khususnya bagi para kolektor otograf (tandatangan) orang-orang terkenal.
Jadi, tak perlu jauh-jauh, kita bisa “keliling dunia” di Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H