Cirebon cargo atau “muatan Cirebon” adalah penamaan untuk Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang ditemukan di perairan Cirebon, di pantai utara Laut Jawa. Ditemukan pertama kali pada 2003 dan 2004, BMKT dari kapal karam di Cirebon itu berhasil diangkat dalam kurun 2005 sampai 2007.
Yang mencengangkan, sebagaimana dikutip oleh Lilik Pudijastuti dan Franky Butar-butar dalam karya ilmiah mereka, pengangkatan yang dilakukan oleh PT Paradigma Putra Sejahtera, bekerja sama dengan Cosmix Underwater Research Ltd, tentunya dengan izin Pemerintah RI, berhasil menemukan ratusan ribu BMKT di sana. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya keramik-keramik asal Tiongkok (keramik Cina) sebagaimana biasanya ditemukan di kapal-kapal karam atau temuan ekskavasi di pinggir pantai di sejumlah daerah di Indonesia.
Di dalamnya terdapat pula batu-batu permata bernilai tinggi. Tercatat antara lain mutiara, rubi, safir merah, dan batu akik merah. Sementara benda-benda keramik, mulai dari vas, mangkuk, dan berbagai produk keramik lain yang ditemukan di kapal karam di Cirebon itu, berasal dari Dinasti Liao (907-1125 Masehi), Liang (907-923), Tang (923-936), Han (947-951), dan Zhou (951-960).
Setelah beberapa BMKT yang ditemukan diserahkan ke Pemerintah RI, sisanya dilelang dalam suatu pelelangan besar-besaran yang menghasilkan Rp 721 miliar, bahkan bila dijumlah juga dengan 991 artefak yang diberikan kepada Pemerintah RI, BMKT di Cirebon itu bisa mencapai hampir Rp 1 triliun. Suatu jumlah yang amat luar biasa besarnya.
Kini, benda-benda yang diserahkan kepada Pemerintah RI disimpan di beberapa tempat. Di antaranya di Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Di dalam galeri yang layaknya seperti museum modern yang bersih dan nyaman dengan pendingin udara dan cukup luas ruangannya dengan beberapa tempat duduk yang memudahkan pengunjung untuk beristirahat sejenak, terdapat berbagai BMKT yang ditemukan dari berbagai tempat di Indonesia. Termasuk tentu saja yang cukup mendominasi adalah dipamerkannya benda-benda yang disebut Cirebon Cargo itu.
Menurut arkeolog Eka Asih Putrina Taim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Jalan Raya Pejaten, Jakarta Selatan, keramik asing dari akhir abad ke-9-10 merupakan temuan salah satu terbanyak atau terpadat. Begitu banyak dan menonjolnya bentuk dan jumlah temuan keramik, bila melihat dari arah dan lokasi kapal tersebut karam menunjukkan kapal ini berasal dari sebuah tempat di wilayah barat dan kemungkinan besar adalah wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Arkeolog lainnya, Bambang Budi Utomo dalam tulisan ilmiahnya tahun 2008 menyebutkan, BMKT itu ditemukan dari kapal karam di laut lepas pantai Cirebon pada lokasi 05º14’30”LS, 108º58’25”BT sekitar 80 mil utara pantai Cirebon. Menurut Bambang Budi Utomo, diketahui bahwa lokasi tenggelamnya kapal terletak pada jalur pelayaran menuju salah satu pelabuhan di utara Jawa Tengah.
Dari rekonstruksi yang dilakukan para arkeolog dan ahli-ahli lainnya, diketahui kemungkinan besar kapal karam karena kebocoran dan juga akibat kelebihan beban muatan. Setidaknya ada 314.000 BMKT yang ditemukan, dan disebutkan pula bahwa selain keramik dan batu-batu permata, juga ditemukan emas dan perak di sana.
Patut pula dicatat dari temuan-temuan bernilai tinggi itu menunjukkan bahwa sejak dulu Cirebon telah menjadi kota penting di Pulau Jawa. Pelabuhannya menjadi bagian dari jalur pelayaran ke dan dari pelabuhan-pelabuhan lain di Pulau Jawa maupun di bagian timur Nusantara.