Direktur Jenderal Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid, secara resmi membuka Pameran Hari Lahir Pancasila yang diadakan di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada Jumat, 2 Juni 2017, petang hari. Pameran itu terselenggara atas kerja sama Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan MNI.
Undangan yang hadir pada pameran itu mendapatkan sebuah buku berjudul Kisah Pancasila. Buku tersebut disusun oleh Panitia Peringatan Hari Lahir Pancasila dari Direktorat Sejarah, Ditjen Kebudayaan. Buku yang baru saja terbit itu terdiri dari beberapa bagian tulisan. Mulai dari “Pancasila di Ruang Kelas Kita”, “Inspirasi Pancasila dalam Pengasingan”, “Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945”, “Pancasila: Dari Merdeka Hingga Kini”, sampai “Garuda Pancasila, Akulah Pendukungmu!”.
Dilengkapi pula dengan sejumlah lampiran yang juga ditampilkan dalam pameran di MNI tersebut. Di antaranya arsip-arsip tentang agenda acara sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dilaksanakan akhir Mei sampai awal Juni 1945. Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno yang kelak menjadi Presiden pertama Republik Indonesia, mengemukakan pemikirannya tentang dasar negara yang disebutnya dengan Pancasila.
“Saudara-saudara! Dasar-dasar negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai panca indra. Apalagi yang lima bilangannya? Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi,” demikian antara lain kata-kata Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, yang sekarang telah ditetapkan setiap 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila.
Bagi saya pribadi, kebetulan pula bertepatan dengan 1 Juni 2017, saya meluncurkan buku kumpulan puisi Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila. Kumpulan puisi terbitan Nulisbuku yang telah teregistrasi dengan ISBN (International Standard Book Number): 978-602-6598-18-9, memuat 50 puisi ditambah satu puisi sebagai bonus yang terdapat di halaman luar belakang buku tersebut. Puisi-puisi itu pun sebagian besar berbicara tentang Pancasila dan kebhinekaan. Meski baru terbit, ternyata kumpulan puisi itu cukup banyak peminatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H