Komisi Usia Lanjut (KUL) Gereja Kristen Indonesia (GKI) Maleo Raya yang terletak di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, menyelenggarakan ibadah dan perayaan Natal di gereja tersebut pada Selasa, 10 Desember 2024. Selasa memang hari ibadah bagi KUL GKI Maleo Raya, dan dilaksanakan tiap minggu dari pukul 10.00 sampai sekitar 12.30 WIB.
Dalam ibadah dan perayaan Natal yang diorganisir oleh panitia diketuai Ibu Frida itu, hadir sekitar 100 anggota dan simpatisan yang umumnya menggunakan baju bernuansa warna merah dan hijau. Dimulai pada pukul 10.00 WIB, ibadah itu dirangkai dalam satu drama musikal dengan sutradara Ibu Rita Sihite. Drama yang menyatu dalam ibadah dengan dua refleksi pelayanan yang dibawakan Pendeta Des Elniat Gulo dan Pendeta Thomas Kartomo.
Tema yang dipilih dalam acara Natal kali ini adalah "Dia Tinggal di Antara Kita" yang diambil dari Kitab  Yohanes 1:14. Teks lengkap dari ayat tersebut adalah, "Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran."
Drama musikal yang ditampilkan berisi tiga adegan. Mulai dari adegan jemaat yang menderita sakit berkepanjangan, lalu seorang tua yang merasa kesepian karena anak-anaknya mengabarkan bahwa mereka tidak dapat datang pada saat Natal karena kesibukan kerja, sampai kisah seorang hamba Tuhan yang gelisah dan khawatir melihat jemaatnya makin lama makin sedikit yang datang ke gereja.
Saya sendiri mendapat kepercayaan berperan sebagai hamba Tuhan atau pendeta yang mengalami gejolak batin melihat jemaatnya makin lama makin sedikit. Peran tersebut menjadikan saya kembali berseni peran, hal yang pernah saya lakoni puluhan tahun lalu.
Pada akhir 1960-an dan berlanjut ke 1970-an, saya sempat aktif berseni peran. Baik ketika di SMP maupun di SMA. Bersama beberapa teman sekolah, kami mendirikan Teater STIPS, singkatan dari Sma TIga PSkd, nama sekolah swasta Kristen di Jakarta Pusat. Teater STIPS bukan hanya tampil pada lakon drama di sekolah, tetapi juga beberapa kali sempat ikut Festival Teater Remaja (FTR) tingkat Jakarta Pusat. Pada 1970-an, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar mengembangkan seni peran dengan menyelenggarakan FTR secara berjenjang, dari tingkat kotamadya (waktu itu ada lima kotamadya di Jakarta) sampai tingkat provinsi.
Aktivitas seni peran juga saya kembangkan dengan mengikuti kursus seni peran yang dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang kini berganti nama menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dengan kampusnya di komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Jakarta. Saat itu, pengajarnya tidak main-main karena merupakan tokoh-tokoh seni panggung yang terkemuka. Para pengajar yang membina kursus itu antara lain Ibu Tatiek Maljati Sihombing, Amak Baljun, dan Sentot Sudiarto. Nama yang disebut terakhir juga dikenal sebagai salah satu maestro tari tradisional yang terkenal.
Ketika ikut kursus tersebut, saya menjadi peserta paling muda. Lainnya, rata-rata sudah di atas 20 bahkan 30 tahun, sedangkan saya masih belasan tahun. Salah satu peserta kursus itu adalah penyanyi dangdut terkenal, A. Rafiq.