"A Scout is a friend to all, and a brother to every other Scout, no matter to what country, class or creed the other may belong" (Seorang Pandu/Pramuka adalah teman bagi semua, dan saudara bagi setiap Pandu/Pramuka lainnya, tidak peduli dari mana asal negara, kelas sosial, atau pengakuan keyakinannya).
Begitulah salah satu prinsip yang harus diyakini seorang Pandu atau Pramuka, sesuai dengan Kode Kehormatan yang berlaku universal di seluruh dunia. Seorang Pandu atau Pramuka adalah saudara bagi Pandu atau Pramuka lainnya. Sebagai saudara, tentu hidup dalam suasana saling mengasihi, saling membantu, dan saling menghargai.
Begitu jugalah yang saya lakukan baru-baru ini. Dalam perjalanan keluarga ke Penang dan Kualalumpur di Malaysia serta juga ke Singapura, pertemuan dengan sahabat-sahabat Pandu yang dalam Bahasa Melayu disebut Pengakap, selalu menggembirakan. Setiap berjumpa, selalu saja mereka menyambut ramah saya dan istri. Selain saya yang sampai saat ini masih aktif di kepramukaan, istri saya juga seorang yang pernah mencapai Pramuka Garuda, tingkat tertinggi dalam sewaktu menjadi anggota Pramuka Penggalang.
Di Malaysia dan Singapura, selalu saja kami disambut dengan hangat dan dengan tangan terbuka. Diajak makan siang dan makan malam, bahkan larut dalam perbincangan penuh persaudaraan.
Itulah sebabnya ketika saya tiba di Kualalumpur pada 8 November 2024, sahabat di Persekutuan Pengakap Malaysia (PPM), Dr. Mukhyuddin Sarwani, Â mengajak saya untuk hadir dalam workshop (lokakarya) yang diadakan PPM untuk para administratur media sosial dari seluruh wilayah di negara tersebut. Workshop itu dinamakan "Bengkel Pengurusan Media Persekutuan Pengakap Malaysia" yang diadakan 8 sampai dengan 10 November 2024.
Bukan sekadar hadir, tetapi saya juga diminta menjadi narasumber dan menyampaikan presentasi mengenai aktivitas Scout Journalist (Pewarta Pramuka), komunitas yang saya bentuk bersama beberapa teman pada 2016 dan juga tagar #setiappramukaadalahpewarta. Awalnya, saya sempat mengatakan bahwa karena ini kunjungan wisata keluarga, maka saya tidak membawa seragam Pramuka. Namun, pihak PPM tetap meminta saya dan mengatakan bahwa tidak perlu mengenakan seragam.
Begitulah, dengan semangat "seorang Pandu adalah saudara bagi Pandu lainnya", saya pun mengiyakan menjadi narasumber worskhop tersebut. Jadilah pada 8 November 2024 malam hari, saya menyiapkan bahan presentasi saya di hotel tempat menginap. Kemudian pada 9 November 2024, saya pun mempresentasikannya di depan peserta workshop yang dilaksanakan di Rumah B-P, gedung Kwartir Nasional PPM yang terletak di Jalan Hang Jebat, Kualalumpur.
Selama satu jam saya mempresentasikan paparan saya, yang diakhiri dengan tanya jawab. Saya juga mengajak peserta dengan memberikan beberapa pertanyaan berhadiah. Hadiahnya adalah gelang-gelang karet dengan tulisan World Scout Conference 2024 di Mesir dan World Scout Jamboree 2027 di Polandia. Saya juga memberikan beberapa buku karya saya sebagai hadiah.
Di akhir acara, saya mendapatkan pingat (lencana) peringatan 116 Tahun PPM. Saya juga mendapat sijil (piagam) penghargaan yang ditandatangani oleh Ketua Pengakap Negara, Mayjen Dato' Prof. Dr. Mohd. Zin bin Bidin (B), dan Prof. Madya Dr. Abdul Rashid bin Mohamad, yang merupakan Pengarah Akademi Pengakap Negara. Satu piagam penghargaan lainnya saya dapatkan dari Akademi Pengakap Negara yang dilengkapi dengan badge besar workshop tersebut.
Pingat dan kedua piagam penghargaan tersebut diserahkan oleh Kak Haji Ahmad Sabri yang merupakan Timbalan Ketua Pesuruhjaya Pengakap Negara, atau di Indonesia dapat disebut sebagai Wakil Ketua Kwartir Nasional. Sementara kepada Kak Sabri, saya serahkan salah satu buku karya saya yang berjudul Kisah-kisah di Balik Prangko.
Terima kasih Persekutuan Pengakap Malaysia, sekali bersaudara selamanya bersaudara.
(Kisah dari Singapura akan saya tuliskan berikutnya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H