Gerai kopi asal Amerika Serikat pada sebuah pusat perbelanjaan modern di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Senin, 28 Oktober 2024 di petang hari.
Saya tengah menyusun naskah buku untuk memperingati 20 tahun keberadaan Association of Top Achiever's Scouts (ATAS), suatu organisasi persaudaraan yang lebih mirip paguyuban komunitas para anggota organisasi kepanduan yang pernah meraih tingkatan tertinggi ketika menjadi peserta didik. Di Indonesia, tingkatan tertinggi itu disebut Pramuka Garuda.
Seperti biasa, setiap kali saya menyusun artikel atau naskah apa pun yang terkait dengan sejarah suatu hal, tentu mencari data dari data kepustakaan merupakan hal yang tak pernah saya lupakan. Kali ini, saya mendapatkan data tentang sejarah adanya tingkatan tertinggi bagi seorang anggota organisasi kepanduan, yang diawali dari lahirnya tingkatan King's Scout di negara Inggris Raya.
King's Scout diresmikan oleh Raja Edward VII, raja Inggris Raya dari 22 Januari 1901 sampai meninggalnya pada 1910, yang menyetujui usul perintis gerakan kepanduan, Baden-Powell, dalam suratnya di pertengahan 1909. Selanjutnya, saya berhasil menemukan pula nama Pandu pertama yang meraih King's Scout tersebut.
"The first Boy Scout in all England to win the King's Scoutship badge is Patrol Leader Victor Watkins, of Broadstone, Dorset", demikian tercetak dalam terbitan berkala World's News No.423, yang diterbitkan di New South Wales, Australia, pada 22 Januari 1910.
Dalam penerbitan yang sama, saya menemukan pula catatan bahwa pada 1908, tercatat ada 732.300.000 lembar kartupos yang dikirim di Inggris dan Wales. Jumlah yang terbilang fantastis, dalam setahun ada hampir 750 juta lembar kartupos yang dikirim di sana.
Sumber lain menyebutkan bahwa populasi penduduk di Inggris dan Wales pada 1901 mencapai hampir 35 juta. Berarti dapat diperkirakan bahwa pada 1908, jumlah penduduk di sana kemungkinan mencapai di kisaran 40 juta. Bila dihitung dengan jumlah kartupos yang dikirim, berarti satu orang mengirim atau menerima sekitar 18 kartupos. Wah, cukup luar biasa semangat menulis kartupos masyarakat Inggris dan Wales. Lebih dari satu kartupos dikirim atau diterima setiap bulannya.
Bandingkan dengan sekarang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kini menghasilkan kemudahan berkomunikasi secara cepat dan tepat waktu melalui berbagai gawai elektronik dan jaringan internet, menyebabkan penggunaan kartupos makin sedikit. Tidak banyak lagi orang yang berkirim kartupos.
Kini, yang masih rajin mengirimkan kartupos hanyalah para penggemar koleksi kartupos. Sebagian dari mereka adalah postcrosser, sebutan untuk mereka yang aktif melakukan kegiatan postcrossing. Ini adalah sebuah proyek online yang memungkinkan para anggotanya untuk mengirim dan menerima kartu pos yang nyata dari seluruh dunia.