Satu lagi buku kumpulan puisi diterbitkan. Kali ini, judulnya Kampanye, yang sangat sesuai dengan musim kampanye menjelang Pemilu 2024 saat ini. Kampanye karya Berthold Sinaulan diterbitkan oleh Ruang Aksara Media setebal viii + 81 halaman dengan nomor ISBN 978-623-8403-14-1.
Sebagai penulis buku tersebut, saya tentu merasa senang bahwa kumpulan puisi tersebut dapat terbit tepat waktu. Tepat di saat musim kampanye, tepat pula saat saya berulang tahun. Buku ini melengkapi tujuh kumpulan puisi saya sebelumnya yang telah diterbitkan. Kumpulan puisi pertama saya terbit 42 tahun lalu, tepatnya pada 1981 dengan judul Kepada Kau.
Setelah terhenti beberapa lama karena kesibukan kerja, saya menerbitkan kembali Kumpulan puisi tunggal pada 2017. Tidak tanggung-tanggung, tiga kumpulan puisi saya bukukan. Masing-masing berjudul Kubayangkan Chairil Anwar (ISBN: 978-602-6598-13-4), lalu  Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila (ISBN 978-602-6598-18-9), dan satu lagi Puisi Itu Adalah (ISBN 978-602-6598-26-4).
Tahun-tahun berikutnya, terbit pula beberapa kumpulan puisi tunggal lainnya, sampai Kampanye yang merupakan kumpulan puisi saya kedelapan. Kumpulan puisi yang diawali ajakan dari Penerbit Ruang Aksara Media, berisikan undangan kepada siapa saja yang berminat untuk menulis puisi selama 16 hari. Setiap hari, sejak 23 Oktober sampai 7 November 2023, mereka yang berminat diminta untuk mengunggah 5 (lima) puisi. Mulai hari pertama (23 Oktober 2023) sampai hari kedelapan (30 Oktober 2023), kelima puisi dari masing-masing penulis diunggah di Grup Facebook Penerbit RuangAksara Media. Selanjutnya, dari hari kesembilan (31 Oktober 2023) sampai hari keenambelas (7 November 2023), puisi-puisi tersebut dikirimkan ke WhatsApp salah satu nomor telepon seluler milik panitia.
Maka jadilah kumpulan puisi ini. Namun, di sampul buku maupun di bagian dalam, terdapat tambahan subjudul "Catatan 16 Hari Berbentuk Puisi". Mengapa saya tulis demikian? Sesungguhnya, semua yang saya tuliskan adalah merupakan hasil catatan dari permenungan setiap hari. Catatan harian itu memang ditulis berbentuk puisi. Tapi apakah itu memang benar-benar puisi? Silakan pembaca menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H