Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Meet Up" Sambil Belajar Membatik di Museum Tekstil

1 Oktober 2023   11:05 Diperbarui: 1 Oktober 2023   11:10 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para postcrosser belajar membatik. (Foto: KPI)

Bila di Indonesia tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, maka di dunia internasional -- khususnya di kalangan pos dan filateli -- 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kartupos Sedunia atau dalam Bahasa Inggris disebut World Postcard Day (WPD). Tanggal itu dipilih dari saat lahirnya kartupos yang sudah dilengkapi dengan cetakan prangko di Austria pada 1 Oktober 1869. Berarti tahun ini adalah peringatan 154 tahun lahirnya kartupos bercetakan prangko pertama di dunia.

Sehari sesudah tanggal itu, ada lagi hari penting lainnya yang diperingati di Indonesia, yaitu Hari Batik Nasional yang dirayakan setiap 2 Oktober. Tanggal ini dipilih karena pada 2 Oktober 2009, UNESCO sebagai Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan batik sebagai a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Mahakarya Warisan Kemanusiaan Lisan dan Nonbendawi.

Sebagian anggota Komunitas Postcrossing Indonesia. (Foto: KPI)
Sebagian anggota Komunitas Postcrossing Indonesia. (Foto: KPI)

Untuk memperingati kedua tanggal penting itulah, Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI) mengadakan pertemuan yang lebih dikenal dengan istilah "meet up" di Museum Tekstil, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 30 September 2023. Postcrossing adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan secara online menggunakan situs web postcrossing.com,  yang memungkinkan para anggotanya untuk mengirim dan menerima kartupos dari seluruh dunia. Alamat untuk mengirim kartupos dipilih secara acak oleh situs web tersebut.

Tak kurang dari 30 postcrosser -- sebutan untuk pegiat hobi postcrossing -- dari Jakarta, Bogor, Bandung, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan sejumlah kota lainnya, hadir dalam "meet up" di Museum Tekstil tersebut. Dimulai pukul 09.30 WIB, acara diawali dengan mengikuti latihan belajar membatik yang dipandu para relawan dari Museum Tekstil.

Ikut belajar membatik. (Foto: KPI)
Ikut belajar membatik. (Foto: KPI)

Tiap orang diberikan selembar kain berukuran sekitar 40 x 40 cm. Kain putih polos itu lalu digambar dengan pensil dengan menjiplak motif-motif batik yang telah disiapkan oleh pihak museum. Namun, saya memilih membuat desain sendiri, yaitu logo Poscrossing berupa huruf P dalam kotak berbentuk perforasi prangko.

Sekitar 45 menit kami menggunakan canting dan mengisinya dengan lilin "malam" cair ke bidang yang telah digambari. Selanjutnya, diwarnai sesuai warna pilihan masing-masing, dan kemudian direbus serta dibersihkan. Setelah itu hasilnya digantung untuk dikeringkan.

Sebagian karya anggota KPI. Paling kiri batik dengan logo Postcrossing. (Foto: KPI)
Sebagian karya anggota KPI. Paling kiri batik dengan logo Postcrossing. (Foto: KPI)

Acara kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke dalam Museum Tekstil, yang dipandu oleh pemandu dan educator museum tersebut. Kami sempat menyaksikan pameran temporer yang menampilkan beragam tekstil yang bukan kain tenun dan kain batik. Di ruang sebelahnya, kami juga diajak mengenal beragam jenis batik dan motif-motif yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun