Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Museum Menyongsong Era Adaptasi Kebiasaan Baru

1 Januari 2021   17:57 Diperbarui: 12 Oktober 2021   06:16 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua pengunjung berbincang tentang koleksi Museum Nasional sebelum terjadinya pandemi Covid-19. (Foto: ISJ/R. Andi Widjanarko)

Secara umum SOP manajemen risiko yang dikenal adalah bagaimana mengusahakan gedung dan koleksi museum tetap aman. Misalnya dari bahaya kebakaran, banjir dan bencana alam lainnya, sampai mencegah kerusakan atau pencurian benda koleksi.

Kini SOP manajemen risiko menjadi bertambah. Banyak museum sudah mulai melakukannya. Misalnya dengan mengukur suhu tubuh staf dan pengunjung yang memasuki museum dan meminat siapa pun menggunakan masker. 

Cukup banyak museum juga sudah menyediakan tempat cuci tangan, baik dengan menggunakan saluran air mengalir maupun dengan menggunakan larutan pencuci tangan (hand sanitizer).

Tak kalah pentingnya adalah membatasi jumlah pengunjung dalam suatu waktu tertentu, dan setelah pengunjung yang ada di dalam keluar, baru boleh masuk pengunjung lainnya. Di samping tentu saja tetap menjaga jarak antara satu pengunjung dengan pengunjung lainnya di dalam museum.

Di sini tentu dibutuhkan pula pemandu museum dalam jumlah yang cukup memadai, karena tidak bisa lagi seorang pemandu museum melayani puluhan pengunjung yang berdekat-dekatan untuk mendengarkan dan melihat penjelasan pemandu museum yang ada.

SOP manajemen risiko juga harus dibuat terkait dengan alur jalan pengunjung, dan bila ada situasi mendadak, maka perlu ada alternatif jalan keluar museum yang tidak membuat pengunjung berdesak-desakan di satu pintu. Apalagi sampai dorong-mendorong dan melakukan kontak fisik antarpengunjung.

Menyentuh dan Meraba

Di beberapa museum pada masa sebelum pandemi Covid-19 juga tersedia ruang atau tempat khusus di mana pengunjung dapat merasakan pengalaman menyentuh dan merasa benda reproduksi koleksi yang ada. 

Beberapa museum seni rupa bahkan menyediakan kesempatan bagi pengunjung untuk membuat karya seni rupa dengan peralatan yang ada di museum itu.

Ruang yang dapat disebut sebagai ruang interaksi untuk menyentuh dan merada serta merasakan koleksi museum atau permainan yang ada, tentu saja harus dijaga. Banyak cara yang bisa dilakukan. 

Mulai dari mengharuskan pengunjung menggunakan sarung tangan sekali pakai untuk memegang benda yang ada, sampai sering membersihkan benda-benda yang kerapkali digunakan pengunjung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun