Setelah sukses dengan sembilan kali diskusi santai pada season I melalui aplikasi Zoom, Komunitas Tintin Indonesia (KTI) kembali mengadakan diskusi santai season II. Acara yang digelar Sabtu (25 Juli 2020) pagi itu, menampilkan narasumber Rini Sugianto. Bagi para penggemar kisah Petualangan Tintin, Rini Sugianto bukan nama yang asing. Dialah animator Indonesia yang sukses membantu menghidupkan film The Adventures of Tintin: The Secret of Unicorn dengan sutradara Steven Spielberg dan produser Peter Jackson.
Ditayangkan pada akhir 2011, film itu sempat masuk dalam deretan box office film Hollywood dan meraup pendapatan hampir tiga kali lipat dari biaya produksinya. Film itu juga masuk nominasi dan memenangkan penghargaan di sejumlah festival film terkemuka di dunia. Termasuk di Golden Globe, Academy Award (Oscar), BAFTA, sampai Grammy Award.
Keberhasilan film itu tak lepas dari bantuan tangan seorang animator dari Indonesia, Rini Sugianto. Dalam diskusi santai kali ini, Rini yang bermukim di Amerika Serikat, menceritakan banyak hal. Mulai dari pengalamannya bergabung dalam pengerjaan film Tintin, sampai peluang berkarier sebagai animator film.
Untuk film Tintin itu, Rini yang tadinya di Amerika Serikat, harus berpindah ke Studio Weta di Selandia Baru yang menjadi pusat produksi film animasi Tintin. Sempat beberapa tahun di sana, kini Rini kembali lagi ke Amerika Serikat.
Menurut Rini, film Tintin menjadi salah satu puncak kariernya. Sebagai animator akhirnya dia berhasil masuk mengerjakan film layar lebar. Setelah sukses dengan Tintin, berbagai film lainnya sempat pula dikerjakan Rini. Di antaranya, The Hobbit: An Unexpected Journey (pada 2012), The Desolation of Smaug (2013), Ironman 3 (2013), Hunger Games: Cathing Fire (2013), Avenger: Age of Ultron (2015),Teenage Mutant Ninja Turtles (2014 dan 2016), serta Ready Player One (2019).
Terbaru karya Rini adalah membantu pengerjaan film Missing Link. Film tersebut sudah sempat diputar di Amerika Serikat akhir 2019, namun belum sempat ditayangkan di Indonesia, mungkin karena pandemi Covid-19. Walau pun begitu, ada yang mengabarkan, film tersebut sudah dapat disaksikan di Netflix.
Rini mengatakan, dunia animasi merupakan karier yang menjanjikan. Walau pun begitu, pekerjaan ini cukup berat karena pengerjaan sebuah karya animasi memerlukan ketelitian. "Nggak bisa seperti kerja di kantor dari jam 9 sampai jam 5, ini kadang lembur sampai malam," ujar Rini.
Rini menambahkan perlu kerja keras bagi yang ingin berkarier di dunia animasi. Apalagi para animator amat kompetitif, masing-masing berusaha menghasilkan karya yang terbaik. Sampai Rini mengingatkan kalau ada yang membuat portofolio dalam bentuk demo reel, usahakan yang ditampilkan hanya karya yang terbaik saja. "Walau pun pendek, yang penting karya terbaik," tegasnya.
Sedangkan karya yang kurang baik tidak perlu ditampilkan. Masalahnya, sekali menampilkan karya buruk, akan terus diingat dalam dunia animasi, dan ini menyebabkan karier bisa jadi terhambat. Bahkan yang sudah berhasil masuk ke industri film pun, menurut Rini, harus tetap berusaha meningkatkan kemampuan menghasilkan karya. "Banyak yang yunior, tapi karyanya cukup bagus," tutur Rini menambahkan, perlunya menjaga kualitas karya agar jangan "disalip" oleh para yunior.Â
Satu pertanyaan dari para penggemar Tintin -- bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia -- kapankah film Tintin berikutnya akan hadir setelah film sebelumnya pada 2011? Sudah hampir sepuluh tahun menunggu, semoga duo sineas Steven Spielberg dan Peter Jackson akan melanjutkan lagi film Tintin itu. Tentu pertanyaan ini tidak ditujukan kepada Rini, tetapi lebih kepada Spielberg dan Jackson. Namun kita berharap, kalau dilanjjutkan nanti, semoga Rini dan mungkin lebih dari satu animator Indonesia yang ikut membantu mengerjakannya. Semoga.