Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kopi untuk Perdamaian, Proyek Pramuka dari Tangsel

11 Juni 2020   15:38 Diperbarui: 11 Juni 2020   15:50 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji kopi yang sudah kadaluarsa, siap dijadikan gelang. (Foto: Hamas)

Wabah virus corona atau populer dengan sebutan pandemi Covid-19 menyebabkan kerugian di semua bidang dan sektor. Selain masalah dalam sektor kesehatan yang sangat serius dan perlu ditangani semaksimal mungkin, bidang lain pun berdampak dengan adanya wabah tersebut. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menimbulkan kendala dan tantangan di mana-mana.

Tapi bukan Pramuka namanya kalau tak berani menghadapi kendala dan tantangan. Ditempa dengan berbagai latihan yang menumbuhkan semangat pantang menyerah dan siap menolong mereka yang membutuhkan, para Pramuka tampil membantu upaya mengatasi Covid-19 dengan berbagai cara. Bukan hanya di Indonesia, para Pramuka atau Pandu (Scout) di seluruh dunia juga melakukan hal yang sama.

Biro Kepramukaan Asia-Pasifik yang bermarkas di Makati City, Manila, akhir Mei 2020 mengeluarkan newsletter, semacam majalah bulanan, edisi khusus dengan tema Pramuka Melawan Covid-19. Di situ ditampilkan berbagai aktivitas kepramukaan dalam penanganan Covid-19 mulai dari Afghanistan sampai Selandia Baru, dari Bangladesh sampai Papua Nugini.

Newsletter tersebut menampilkan aktivitas dari 29 oganisasi nasional kepramukaan (National Scout Organization/NSO) di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Gerakan Pramuka dari Indonesia, Rata-rata satu halaman penuh untuk tiap NSO, namun ada beberapa yang dimuat dua halaman. Gerakan Pramuka termasuk yang ditampilkan dua halaman, karena banyaknya kegiatan penanganan Covid-19 di Indonesia.

Di Bekasi misalnya, sejumlah Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pandega (21-25 tahun) didampingi kakak pembina mereka, melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah bangunan publik, mulai dari gedung sekolah, rumah ibadah, sampai perkantoran. Hal serupa juga dilakukan para Pramuka di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan tempat lainnya.

Sementara di beberapa daerah lainnya, para Pramuka Siaga (7-10 tahun) dan Penggalang (11-15 tahun) membantu membuat masker dari kain. Sebagian bahkan memanfaatkan kain bekas yang didaur ulang menjadi masker.

Di Tangerang Selatan (Tangsel), selain membuat masker, didampingi kakak pembina mereka, para Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega, membuat cairan pencuci tangan (hand sanitizer). Cairan yang kemudian dikemas dalam botol-botol kecil dan diberi label "ScoutGel" itu, dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat di sekitar wilayah itu.

Para Pramuka dari kota yang berbatasan dengan Jakarta itu juga melaksanakan kegiatan yang mereka sebut "Lumbung Pangan Tangsel". Mereka menyiapkan makanan matang untuk dibagikan kepada para petugas kesehatan, tenaga pengamanan, dan buruh harian, serta pengemudi ojek. Dananya diperoleh dari donasi antaranggota Pramuka, dan sebagian didapat dari menjual barang-barang bekas.

Biji Kopi

Biji kopi yang sudah kadaluarsa, siap dijadikan gelang. (Foto: Hamas)
Biji kopi yang sudah kadaluarsa, siap dijadikan gelang. (Foto: Hamas)

Upaya memanfaatkan barang-barang bekas, seperti kain bekas yang didaur ulang menjadi masker atau menjual barang bekas yang dananya digunakan untuk menyiapkan makanan gratis, dilakukan pula di banyak tempat lain. Gerakan Pramuka memang mendidik pula anggotanya untuk kreatif, memanfaatkan apa pun yang tersedia, untuk dijadikan sesuatu yang berguna.

Seperti juga yang dilakukan seorang Pramuka Pandega Garuda, Hamas al-Rafsanjani. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu saat ini menyiapkan proyek yang diberinya nama "Coffee for Peace" (Kopi untuk Perdamaian). Proyek ini akan dijadikan aktivitasnya dalam kaitan dengan program besar gerakan kepramukaan sedunia, Messengers of Peace (Duta-duta Perdamaian).

Lebih dikenal dengan singkatan MoP, program tersebut digagas oleh dua raja, Raja Arab Saudi dan Raja Swedia, sebagai aktivitas bakti masyarakat yang dilakukan para Pramuka di seluruh dunia. Sejalan dengan kode kehormatan dan slogan kepramukaan sedunia untuk berusaha membantu menciptakan dunia yang lebih baik.

Awalnya, Hamas dihubungi oleh Nazla Eka, teman satu jurusan dengannya di Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta. Temannya yang memiliki sejumlah usaha bersama keluarganya, di antaranya toko sepatu, busana muslim, dan madu di daerah Pamulang, Tangsel, belakangan merambah pula dengan membuka kedai kopi.

Baru dibuka setahun lalu, usaha kedai kopi itu tampaknya menjanjikan. Sayang, adanya pandemi Covid-19 membuat usahanya itu menjadi tersendat. Memang, masih ada layanan penjualan minuman kopi untuk diantar ke tempat konsumen, tetapi jumlahnya tak terlalu banyak. Akibatnya, stok biji kopi yang telah disiapkan Nazla Eka menjadi berlebih. Padahal, biji kopi juga ada masa kadaluarsanya.

Saat biji kopi itu yang masih dalam jumlah cukup banyak itu hendak dibuang, kebetulan Hamas bertemu dengan Nazla Eka. Hamas menyampaikan idenya, daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan lagi saja, tidak untuk minuman tetapi untuk hal lain yang masih berguna.

"Dengan latar belakang saya sebagai Pramuka yang juga memiliki pengalaman cukup banyak dalam dunia kreatif, saya menyarankan biji kopinya jangan dibuang, tetapi dibuat gelang saja," jelas Hamas ketika dihubungi melalui telepon selulernya pada Kamis, 11 Juni 2020.

Hamas juga menjanjikan akan mengajarkan cara memproduksi gelang biji kopi, dan sekaligus membantu menjual bila produk itu sudah jadi.

"Tapi, hasil keuntungan dari penjualan gelang biji kopi ini harus didonasikan untuk melawan Covid-19," pinta Hamas yang disetujui temannya.

Jadilah kini keduanya sedang sibuk memproduksi gelang biji kopi itu. Nantinya, produk itu akan dijual bersama tas kecil penyimpannya. Menurut Hamas, bila tidak digunakan dan disimpan dalam tas kecil itu, gelang biji kopi itu dapat tahan cukup lama.

"Kelebihannya, gelang ini masih mempunyai aroma kopi, sehingga sekaligus dapat mengharumkan ruangan," ujar Hamas lagi, sambil menambahkan bahwa perkembangan dengan proyek yang dikerjakan dapat dilihat di akun Instagram @phalantakopi.

Perkembangan proyek yang menurut Hamas akan dilakukan secara transparan, agar masyarakat dapat melihat juga bahwa keuntungan produk yang dijual memang didonasikan untuk mengatasi Covid-19. Tekad dari seorang Pramuka dari Tangsel untuk terus menggemakan perdamaian dan membantu menciptakan dunia yang lebih baik. Tentu juga dunia yang lebih baik karena sampah berkurang. Biji kopi yang sudah kadaluarsa -- seperti juga kain bekas untuk masker -- kini didaurulang untuk hal yang lebih bermanfaat.

Bintaro Sektor IX, 11 Juni 2020 -- pukul 10.50 WIB

Catatan: Tulisan ini disertakan dalam Ajang Menulis 30 Hari yang diselenggarakan Komunitas Nulis Aja Dulu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun