Wabah virus corona atau populer dengan sebutan pandemi Covid-19 menyebabkan kerugian di semua bidang dan sektor. Selain masalah dalam sektor kesehatan yang sangat serius dan perlu ditangani semaksimal mungkin, bidang lain pun berdampak dengan adanya wabah tersebut. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menimbulkan kendala dan tantangan di mana-mana.
Tapi bukan Pramuka namanya kalau tak berani menghadapi kendala dan tantangan. Ditempa dengan berbagai latihan yang menumbuhkan semangat pantang menyerah dan siap menolong mereka yang membutuhkan, para Pramuka tampil membantu upaya mengatasi Covid-19 dengan berbagai cara. Bukan hanya di Indonesia, para Pramuka atau Pandu (Scout) di seluruh dunia juga melakukan hal yang sama.
Biro Kepramukaan Asia-Pasifik yang bermarkas di Makati City, Manila, akhir Mei 2020 mengeluarkan newsletter, semacam majalah bulanan, edisi khusus dengan tema Pramuka Melawan Covid-19. Di situ ditampilkan berbagai aktivitas kepramukaan dalam penanganan Covid-19 mulai dari Afghanistan sampai Selandia Baru, dari Bangladesh sampai Papua Nugini.
Newsletter tersebut menampilkan aktivitas dari 29 oganisasi nasional kepramukaan (National Scout Organization/NSO) di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Gerakan Pramuka dari Indonesia, Rata-rata satu halaman penuh untuk tiap NSO, namun ada beberapa yang dimuat dua halaman. Gerakan Pramuka termasuk yang ditampilkan dua halaman, karena banyaknya kegiatan penanganan Covid-19 di Indonesia.
Di Bekasi misalnya, sejumlah Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pandega (21-25 tahun) didampingi kakak pembina mereka, melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah bangunan publik, mulai dari gedung sekolah, rumah ibadah, sampai perkantoran. Hal serupa juga dilakukan para Pramuka di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan tempat lainnya.
Sementara di beberapa daerah lainnya, para Pramuka Siaga (7-10 tahun) dan Penggalang (11-15 tahun) membantu membuat masker dari kain. Sebagian bahkan memanfaatkan kain bekas yang didaur ulang menjadi masker.
Di Tangerang Selatan (Tangsel), selain membuat masker, didampingi kakak pembina mereka, para Pramuka Penggalang, Penegak, dan Pandega, membuat cairan pencuci tangan (hand sanitizer). Cairan yang kemudian dikemas dalam botol-botol kecil dan diberi label "ScoutGel" itu, dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat di sekitar wilayah itu.
Para Pramuka dari kota yang berbatasan dengan Jakarta itu juga melaksanakan kegiatan yang mereka sebut "Lumbung Pangan Tangsel". Mereka menyiapkan makanan matang untuk dibagikan kepada para petugas kesehatan, tenaga pengamanan, dan buruh harian, serta pengemudi ojek. Dananya diperoleh dari donasi antaranggota Pramuka, dan sebagian didapat dari menjual barang-barang bekas.
Upaya memanfaatkan barang-barang bekas, seperti kain bekas yang didaur ulang menjadi masker atau menjual barang bekas yang dananya digunakan untuk menyiapkan makanan gratis, dilakukan pula di banyak tempat lain. Gerakan Pramuka memang mendidik pula anggotanya untuk kreatif, memanfaatkan apa pun yang tersedia, untuk dijadikan sesuatu yang berguna.