Kalau selama ini kita mengenal 22 Februari diperingati di seluruh dunia sebagai Hari Bapak Pandu Sedunia, merujuk pada tanggal kelahiran Lord Baden-Powell, maka sebenarnya di Indonesia ada peringatan serupa, khususnya untuk memperingati Hari Bapak Pramuka Indonesia.
Siapakah yang diberikan gelar Bapak Pramuka tersebut? Tak lain dan tak bukan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ayahanda dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka di Dili, Timor Timur (sekarang negara Timor Leste), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dikukuhkan dengan suara bulat sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Selanjutnya pada Rapat Kerja Nasional Gerakan Pramuka 2018 yang segera dikukuhkan pada Munas Gerakan Pramuka 2018 di Kendari, Sulawesi Tenggara, ditetapkan tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 12 April, menjadi Hari Bapak Pramuka Indonesia.
Seperti dikatakan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Komjen Pol (Purn) Drs Budi Waseso, sejak kelahiran Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi pendidikan kepramukaan di Indonesia pada 1961, Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan salah satu tokoh kunci yang ikut mendirikan dan membesarkan gerakan pendidikan kita ini. Bahkan saat organisasi-organisasi kepramukaan di indonesia masih disebut kepanduan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga sudah ikut berperan. Presiden RI saat itu, Ir. Soekarno, bahkan menyebut beliau sebagai Pandu Agung.
Kak Budi Waseso juga menyebutkan bahwa  tahun ini peringatan Hari Bapak Pramuka tersebut dilaksanakan menjelang Pemilihan Umum yang akan dilakukan serentak pada 17 April 2019.Â
Sejak awal didirikan, Gerakan Pramuka sebagaimana organisasi kepanduan lain di seluruh dunia, tidak ikut dalam kegiatan politik praktis, tetapi tentu saja sebagai warganegara, tiap pribadi terutama yang telah memiliki hak pilih, seyogyanya  memanfaatkan hak pilih tersebut sebaik mungkin, sesuai dengan hati nurani masing-masing.Â
Tentu saja harus diingat, yang terpenting siapa pun yang dipilih, kita semua berharap Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, tetap jaya selamanya, tambahnya.
"Kita bisa mencontoh dari teladan yang diberikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Ketika duet Proklamator, Soekarno dan Hatta, memproklamirkan Kemerdekan Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai raja dan penguasa Yogyakarta, langsung menyatakan wilayahnya menjadi bagian dari Republik Indonesia. Jiwa nasionalisma dan patriotisme yang besar inilah antara lain yang menjadikan provinsi Yogyakarta menjadi sebuah Daerah Istimewa," tambah Kak Budi Waseso yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama Bulog.
Semangat kecintaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga ditunjukkan ketika beliau dengan senang hati menerima Presiden Soekarno dan para pimpinan negara lainnya yang terpaksa mengungsi karena ibu kota Jakarta diduduki kembali oleh Belanda pada masa perang Kemerdekaan antara 1946-1949.
Segera sesudah menjadi Ketua Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX bahkan diangkat menjadi Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1973-1978. "Walaupun tak secara langsung, ini merupakan kebanggaan bagi Gerakan Pramuka bahwa pucuk pimpinannya diakui dan diangkat sebagai pejabat tinggi negara," ujar Ketua Kwarnas.