Masa bakti kali ini juga ditandai dengan kurang harmonisnya hubungan antara Ketua Kwarnas dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Padahal Menpora adalah bagian dari Majelis Pembimbing Nasional (Mabinas) Gerakan Pramuka dan sekaligus pemegang anggaran pemerintah (APBN) untuk kegiatan kepramukaan. Sampai-sampai terjadi pertikaian terbuka di antara keduanya.
Belum lagi sempat beredar kabar kehadiran Adhyaksa Dault dalam suatu pertemuan Hizbut Tahir Indonesia (HTI), organisasi yang kini dinyatakan terlarang oleh Pemerintah RI. Walau pun memang kehadiran Adhyaksa Dault adalah sebagai pribadi dan itu dilakukannya sebelum HTI dinyatakan terlarang. Adhayksa juga telah mengatakan bahwa dirinya hanya diundang dan dia tetap setia pada NKRI berdasarkan Pancasila.
Namun persoalan besar masalah dana, yang menjadi tersendat-sendat akibat pertikaian antara Ketua Kwarnas dan Menpora, menunjukkan bahwa Gerakan Pramuka memang masih belum bisa mandiri.Â
Saatnya mencari pemimpin baru, Ketua Kwarnas, yang mampu menjadikan Gerakan Pramuka mandiri dan tetap berkordinasi serta berhubungan baik dengan semua pemangku kepentingan, yaitu Pemerintah, swasta, masyarakat, dan orangtua anggota Pramuka.
Sejalan dengan tema Hari Pramuka ke-57 yaitu "Pramuka Perekat NKRI", diharapkan pemimpin baru yang benar-benar dapat mewujudkan tema itu, merekatkan semua lapisan masyarakat, dan tidak ada lagi pertikaian baik di lingkungan internal maupun eksternal.Â
Selamat Hari Pramuka ke-57, semoga Pramuka Indonesia semakin mandiri, maju, dan bermanfaat bagi bangsa dan negara tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H