Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Megawati, Kantor Pos, dan Pancasila

1 Juni 2018   09:38 Diperbarui: 1 Juni 2018   16:26 2428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati Soekarnoputri ketika membuka acara peringatan 73 tahun Lahirnya Pancasila. (Foto: BDHS)

Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, memberikan sambutan dan sekaligus membuka peringatan 73 Tahun Pancasila yang diadakan di Gedung Filateli Jakarta, Jalan Pos Nomor 2, Jakarta Pusat. Acara yang diadakan pada 31 Mei 2018 atau sehari sebelum Hari Lahirnya Pancasila itu, diberi nama "Tjamkan Pantja Sila", yang diambil dari kata-kata yang diucapkan oleh Sang Penggali Pancasila, Bung Karno.

Acara ditandai dengan pameran arsip otentik pidato Muhammad Yamin pada 5 Juni 1958. Pidato tersebut diucapkan Yamin pada rapat rakyat memperingati 13 tahun lahirnya Pancasila yang diadakan di Istana Negara, Jakarta.

Selain arsip pidato, juga ditampilan sejumlah foto terkait rapat tersebut dan tentu foto-foto rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) di mana Bung Karno melontarkan gagasan tentang Pancasila pada rapat yang diadakan di Jakarta, 5 Juni 1945. Semua dokumen dan foto-foto itu merupakan koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Bersamaan dengan itu, diluncurkan pula buku "Tjamkan Pantja Sila!: Sistem Filsafat Pancasila" oleh Prof. Mr. H. Muhammad Yamin, dengan kata pengantar oleh Rieke Diah Pitaloka, Duta Arsip Nasional dan Duta Pos Indonesia, yang juga seorang anggota DPR. Bukunya sendiri sebagian besar merupakan hasil pemindaian (scan) asli dari dokumen yang berupa catatan Muhammad Yamin dalam bentuk ketikan.

Sementara itu, PT Pos Indonesia juga meluncurkan Prisma (Prangko Identitas Milik Anda) dengan tema "Bung Karno di Sidang BPUPK, yang dilengkapi dengan Sampul Peringatan yang dicetak sangat terbatas. Hanya dicetak sebanyak 500 lembar yang dibagi-bagikan kepada undangan pada acara pembukaan 31 Mei 2018, dan selanjutnya 100 lembar tiap hari selama pameran dari 1 sampai 4 Juni 2018.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Banyak hal menarik yang diungkapkan Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya. Berbicara dengan lancar tanpa teks, Megawati menekankan kembali pentingnya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Megawati Soekarnoputri ketika membuka acara peringatan 73 tahun Lahirnya Pancasila. (Foto: BDHS)
Megawati Soekarnoputri ketika membuka acara peringatan 73 tahun Lahirnya Pancasila. (Foto: BDHS)
Tapi bagi seorang filatelis (kolektor prangko dan benda pos) serta penggemar kartu pos --yang cukup banyak hadir pada acara di Jakarta itu-- sungguh menarik mendengarkan cerita Megawati tentang kehadirannya di Gedung Filateli Jakarta. Bagi yang belum tahu, gedung itu tadinya merupakan kantor pos besar di Jakarta. Sebagian orang menyebutnya sebagai Kantor Pos Pasar Baru karena letaknya di depan pertokoan Pasar Baru Jakarta (yang merupakan kantor pos terbesar di Ibu Kota).

Megawati bercerita, ketika dia masuk ke Gedung Filateli Jakarta, dia tidak merasa aneh atau seolah baru pertama kali ke sana. Sesungguhnya ketika kecil dan remaja, Megawati cukup sering ke sana. Letaknya yang dekat dengan Istana Negara, tempat tinggalnya ketika sang ayah, Bung Karno menjabat sebagai Presiden RI, membuat Megawati cukup mengenal Gedung Filateli Jakarta.

Gedung Filateli Jakarta. (Foto: travelandword.files.wordpress.com)
Gedung Filateli Jakarta. (Foto: travelandword.files.wordpress.com)
"Saya dulu sering kirim surat, sering tulis surat merangkai kata-kata indah di atas kartu pos. Kalau mau mengirim, saya tidak mau minta tolong dikirimkan, tetapi saya sendiri yang pergi ke kantor pos, dan ke sinilah saya pergi," ujar Megawati menunjuk ruangan di dalam Gedung Filateli Jakarta.

Megawati bahkan masih ingat, dulu di kiri dan kanan bagian dalam ruangan itu terdapat loket-loket, tempat orang membeli prangko, mengirim surat pos, kartu pos, atau pun paket-paket. Termasuk mengirim dan mengambil uang melalui wesel pos.

Megawati lalu menyinggung tentang peran penting ANRI yang membantu menyelamatkan dan merawat dokumen-dokumen bersejarah milik bangsa Indonesia. Di sisi lain, keberadaan surat pos maupun kartu pos yang dikirim melalui kantor-kantor pos, dapat juga dijadikan dokumen bersejarah bagi bangsa ini.

Megawati bersama Rieke Diah Pitaloka dan sejumlah tamu undangan meninjau pameran koleksi Arsip Nasional RI. (Foto: Mia Warsito)
Megawati bersama Rieke Diah Pitaloka dan sejumlah tamu undangan meninjau pameran koleksi Arsip Nasional RI. (Foto: Mia Warsito)
Dia mencontohkan rangkaian kata-kata indah atau kabar dan sebagainya yang ditulis di atas kartu pos misalnya, merupakan dokumentasi sejarah yang cukup penting. Berbeda dengan mengirim atau menerima dengan menggunakan media sosial yang bisa segera dihapus, tulisan-tulisan di atas lembaran surat pos atau kartu pos, tetap ada dan bisa terdokumentasikan, baik sebagai arsip pribadi maupun masyarakat luas.

Itulah sebabnya, Megawati Soekarnoputri mengajak untuk menggiatkan kembali kegiatan menulis dan mengirim kartu pos di kalangan generasi muda. Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setiono, yang hadir pada acara itu, diajak untuk menumbuhkembangkan kembali kegiatan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun