Kalau saja Georges Prosper Remi atau lebih dikenal dengan nama pena Herge masih hidup, maka tahun ini adalah dia akan mendapat angka "Triple One" alias 111. Ya, dilahirkan 22 Mei 1907, tahun ini Herge seharusny berusia 111 tahun.
Herge sendiri telah wafat pada 3 Maret 1983, tetapi sampai kini namanya terus dibincangkan. Nama dan karyanya tetap abadi, bahkan Herge dianggap sebagai salah satu komikus (pembuat cerita bergambar) terbaik dari abad ke-20, bukan hanya di Eropa namun juga di seluruh dunia.
Komikus yang terkenal dengan serial komik kisah "Petualangan Tintin" (The Adventures of Tintin) dan sejumlah komik lainnya, mendapat pengakuan internasional dengan diterjemahkan karya-karyanya ke lebih dari 50 bahasa di dunia. Terjemahan Bahasa Indonesia dari kisah "Petualangan Tintin" dimulai awal 1970-an oleh PT Indira, dan kini hak penerjemahannya dipegang oleh PT Gramedia Pustaka Utama (GPU).
Pada penerbitan awal GPU, komik kisah "Petualangan Tintin" dibuat berukuran kecil (sekitar ukuran A5). Padahal sebelumnya Indira menerbitkan dalam ukuran besar (kira-kira sebesar A4). Mendapat kritik dari penggemar Tintin di Indonesia, GPU kemudian menerbitkan komik dalam ukuran besar kembali.
Penerbitan kembali kisah "Petualangan Tintin" oleh GPU juga membantu meluasnya para penggemar Tintin di Indonesia. Sampai sekitar 2010, anggota KTI kebanyakan orang dewasa yang berusia 30 tahun ke atas, tetapi dalam 3-4 tahun terkini, jumlah anggota KTI yang berusia muda di bawah 30 tahun. Bahkan tidak sedikit yang masih pelajar.
Dibandingkan dengan komik-komik lain, karya Herge memang menarik. Dari kisah "Petualangan Tintin" orang bisa mengenal dan belajar tentang geogafi, budaya, dan bahasa suatu negara. Ketika membuat komiknya, Herge memang melakukan riset mendalam tentang suatu negara atau wilayah yang dijadikan bagian kisahnya. Jadi kita dapat melihat bangunan, pakaian, sampai makanan suatu tempat dalam komik Herge, memang sesuai aslinya.
Seperti ketika Herge membuat serial kisah "Petualangan Tintin" yang berjudul "Penerbangan 714" dan isinya menceritakan tentang Indonesia, Herge bisa menggambarkan dengan tepat suasana di Airport Kemayoran, yang ketika itu menjadi bandar udara internasional di Indonesia. Herge juga menyelipkan beberapa kalimat dalam Bahasa Indonesia, seperti teriakan "apa sudah gila?!" dan celoteh orang Indonesia yang senang makan dengan sambal.
Bahkan pepohonan di hutan tropis Indonesia, dan juga seekor komodo, digambarkan dengan baik oleh Herge. Bayangkan, ketika itu belum ada internet, jadi Herge harus mencari datanya lebih gigih, pergi ke perpustakaan atau menggunting dan meng-kipling foto dan tulisan di surat kabar serta majalah.
Semangat meneliti dari Herge sebelum menuangkan dalam karyanya memang patut dipuji. Seperti ketika dia membuat kisah "Petualangan Tintin" yang bercerita tentang petualangan Tintin dan kawan-kawannya ke bulan. Sungguh luar biasa, 16 tahun sebelum manusia pertama mendarat dan melangkahkan kaki di bulan, Herge sudah menggambarnya dengan hampir tepat sampai detil di dalam pesawat roket yang membawa Tintin dan kawan-kawan.
Selamat tanggal lahir ke-111 Herge.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H