Apakah persamaan kota Baku di Azerbaijan dan Jakarta di Indonesia? Meski berjarak 7777 kilometer, kedua kota itu sama-sama merupakan ibu kota negara. Namun ada persamaan lainnya yang cukup unik, keduanya mempunyai tempat pemberhentian angkutan umum dengan nama suatu tanggal tertentu.
Di Baku ada stasiun metro (kereta) yang diberi nama 28 May, sedangkan di Jakarta ada halte bus TransJakarta yang diberi nama 12 Mei. Dua-duanya dinamakan berdasarkan tanggal bersejarah di negara masing-masing.
Ketika menjadi relawan dalam Konferensi Kepramukaan Sedunia ke-41 di Baku, pada Juli sampai Agustus 2017, saya juga menyempatkan diri beberapa kali menggunakan metro di Stasiun 28 May itu. Di sekitar stasiun itu banyak pertokoan dan pusat perbelanjaan besar. Tetapi yang membuat saya dan teman-teman relawan cukup sering ke sana, karena ada sejumlah restoran yang menunya bervariasi, nikmat rasanya, dan terjangkau harganya.
Nama jalan itu sendiri sudah berubah beberapa kali. Awalnya disebut Jalan Telepon pada masa Rusia berbentuk kerajaan (sampai 1917). Pernah pula dinamakan sebagai Romanov Avenue, yang diambil dari nama seorang pengusaha yang "menyulap" kawasan itu menjadi daerah permukiman yang lebih baik. Bahkan pernah pula dinamakan Jalan Lindley, nama seorang berkebangsaan Inggris yang membantu pembangunan infrastruktur di sana.
Selanjutnya, ketika Azerbaijan diinvasi oleh Republik Sosialis Sovyet, jalan itu diubah menjadi Jalan 28 April. Tanggal itu dipilih untuk menandai berdirinya negara Azerbaijan Republik Sosialis Sovyet pada 28 April 1920. Barulah pada 1992, tepatnya nama jalan itu diubah menjadi Jalan 28 May. Tanggal itu dipilih untuk menandai peristiwa penting pada 28 Mei 1918.Â
Setelah Kerajaan Rusia jatuh di tahun 1917, sempat tercetus Republik Demokratik Azerbaijan yang didirikan oleh Dewan Nasional Azerbaijan di Tifilis pada 28 Mei 1918. Namun penamaan Jalan 28 May baru dilakukan pada 1992, setelah Republik Sosialis Sovyet bubar dan Azerbaijan memproklamirkan kemerdekaannya pada 1991 serta menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1992.
Peresmian penggunaan nama baru halte TransJakarta itu dilakukan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama. Menurut Ahok, sapaan akrabnya, penggantian nama itu dilakukan tepat pada Hari Pahlawan 10 November untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan Reformasi 1998.
Menjelang berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, terjadi demonstrasi besar-besaran seluruh lapisan masyarakat yang menuntut reformasi. Namun demonstrasi itu berubah menjadi malapetaka ketika pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa Universitas Trisakti gugur tekena tembakan aparat keamanan.
Untung mengenang keempat mahasiswa itu dan para korban tragedi Mei 1998 lainnya, selain penamaan Halte TransJakarta 12 Mei Reformasi, juga dibangun dua monumen. Satu monumen di tepi Jalan Kyai Tapa yang terletak di luar kampus dan satu lagi di dalam kampus Universitas Trisakti.