Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antologi Puisi Baru di Hari Ibu

26 Desember 2017   14:12 Diperbarui: 26 Desember 2017   14:22 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski sudah berlalu beberapa waktu, Hari Ibu 2017 menyisakan beberapa catatan penting. Salah satunya adalah penerbitan antologi puisi yang diprakarsai oleh seorang perempuan penyair, Ewith Bahar.

"Modernitas dan kemajuan teknologi punya berbagai kemungkinan bagi hidup perempuan. Pertama, jika diabaikan maka hasilnya hidup kita akan stagnan alias jalan di tempat atau bahkan tertinggal. Kedua, jika dimanfaatkan secara bail, maka sejuta kemungkinan positif terbuka bagi perempuan. Ketiga, jika dimanfaatkan secara salah maka perempuan cuma akan menjadi badut teknologi belaka. Ini suatu pilihan," demikian dituliskan Ewith Bahar yang menjadi editor antologi "Perempuan Era Teknologi dalam Puisi".

Antologi kumpulan puisi yang diterbitkan oleh penerbit Tosca Jaya Indonesia dengan nomor ISBN 978-602-50115-5-9 tersebut diluncurkan di gedung Perpustakaan Nasional RI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, bertepatan dengan Hari Ibu, 22 Desember 2017.

Berisikan karya 32 penyair perempuan dan pria dari seluruh Indonesia, termasuk sejumlah penyair yang telah cukup dikenal luas. Di antaranya, D. Zamawi Imron, Kurnia Effendi,  Joko Pinurbo, dan sejumlah nama lainnya. Sementara para perempuan penyair atau penyair perempuan yang ikut menuliskan karyanya, di luar Ewith Bahar sendiri, ada Fanny Jonathan Poyk, Lily SM Sutan Iskandar, Umi Kulsum, dan sejumlah nama lainnya.

Puisi-puisi yang ditampilkan dalam buku ini bukan saja berusaha menampilkan catatan pada seorang ibu, tetapi juga pada kaum perempuan umumnya. Salah satu puisi di dalam buku itu berjudul "Di Commuter Line" karya Berthold Sinaulan:

Di dalam commuter line yang bergerak

penuh penumpang berdesak dan berdiri,

seorang perempuan masih sempat

mematut diri memandang pada cermin

dan mengulas perona pipi, sekejap.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun