Meski sudah berlalu beberapa waktu, Hari Ibu 2017 menyisakan beberapa catatan penting. Salah satunya adalah penerbitan antologi puisi yang diprakarsai oleh seorang perempuan penyair, Ewith Bahar.
"Modernitas dan kemajuan teknologi punya berbagai kemungkinan bagi hidup perempuan. Pertama, jika diabaikan maka hasilnya hidup kita akan stagnan alias jalan di tempat atau bahkan tertinggal. Kedua, jika dimanfaatkan secara bail, maka sejuta kemungkinan positif terbuka bagi perempuan. Ketiga, jika dimanfaatkan secara salah maka perempuan cuma akan menjadi badut teknologi belaka. Ini suatu pilihan," demikian dituliskan Ewith Bahar yang menjadi editor antologi "Perempuan Era Teknologi dalam Puisi".
Antologi kumpulan puisi yang diterbitkan oleh penerbit Tosca Jaya Indonesia dengan nomor ISBN 978-602-50115-5-9 tersebut diluncurkan di gedung Perpustakaan Nasional RI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, bertepatan dengan Hari Ibu, 22 Desember 2017.
Berisikan karya 32 penyair perempuan dan pria dari seluruh Indonesia, termasuk sejumlah penyair yang telah cukup dikenal luas. Di antaranya, D. Zamawi Imron, Kurnia Effendi, Â Joko Pinurbo, dan sejumlah nama lainnya. Sementara para perempuan penyair atau penyair perempuan yang ikut menuliskan karyanya, di luar Ewith Bahar sendiri, ada Fanny Jonathan Poyk, Lily SM Sutan Iskandar, Umi Kulsum, dan sejumlah nama lainnya.
Puisi-puisi yang ditampilkan dalam buku ini bukan saja berusaha menampilkan catatan pada seorang ibu, tetapi juga pada kaum perempuan umumnya. Salah satu puisi di dalam buku itu berjudul "Di Commuter Line" karya Berthold Sinaulan:
Di dalam commuter line yang bergerak
penuh penumpang berdesak dan berdiri,
seorang perempuan masih sempat
mematut diri memandang pada cermin
dan mengulas perona pipi, sekejap.
Â