Jong Ambon ternyata hanya klub sepak bola? Hal itu menjadi temuan menarik dalam dialog Sumpah Pemuda dengan tema "Gerakan Kaum Muda dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Pasca Sumpah Pemuda" yang diselenggarakan di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, pada 27 November 2017.
Dialog itu menghadirkan gurubesar sejarah Universitas Indonesia, Prof. Dr. Djoko Marihandono, lalu Sunarjo Djojopuspito yang merupakan putera dari Sugondo Djojopuspito, Ketua Kongres Pemuda II pada 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda, dan Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia, Sumardiansyah Perdana Kusuma.
Seperti diketahui umum, Kongres Pemuda II yang berlangsung 27-28 Oktober 1928 dihadiri utusan-utusan organisasi pemuda dan kepanduan di Indonesia. Termasuk kelompok-kelompok kaum muda yang berdasarkan kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Kaoem Betawi, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain.
Kelompok-kelompok kaum muda kedaerahan itu bersama kelompok dan organisasi kaum muda serta kepanduan lainnya, akhirnya bersepakat "menjadi satu Indonesia" dengan mengakui tumpah darah dan bangsa Indonesia yang satu, serta menjunjung Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Walaupun ketika itu secara resmi Bahasa Indonesia belum ada, tetapi semangat untuk memilih bahasa persatuan telah ada.
Di halaman 13 majalah itu, Sugondo menulis tentang nama-nama yang mewakili organisasi-organisasi peserta Kongres Pemuda II. Namun ditulisnya juga, "... Leimena tidak jadi duduk dalam panitia mewakili Jong Ambon oleh karena perkumpulan ini ternyata perkumpulan sepak bola".
Betulkah itu? Tentu masih harus diteliti kebenarannya. Tetapi bisa jadi Sugondo rancu dengan perkumpulan sepak bola yang bernama Jong Ambon. Bisa juga, karena dalam aktivitasnya Jong Ambon secara aktif berolahraga sepak bola, jadi dianggap organisasi itu adalah perkumpulan sepak bola.
Sementara itu di banyak buku sejarah, masih disebutkan bahwa Jong Ambon memang mempunyai wakil dalam pelaksanaan Kongres Pemuda II itu, dan Johannes Leimena yang menjadi utusan Jong Ambon duduk sebagai Pembantu IV Panitia Pelaksana Kongres Pemuda II.
Menjadi tugas para sejarawan untuk kembali meneliti keberadaan organisasi-organisasi yang ikut menyokong lahirnya Sumpah Pemuda, termasuk Jong Ambon itu. Walaupun catatan itu dibuat sendiri oleh Ketua Panitia Pelaksana Kongres Pemuda II, tapi bukan berarti catatan itu dapat dikutip dan dipercaya secara langsung. Apalagi karena catatan itu ditulis pada 1973, berarti 45 tahun setelah peristiwa Kongres Pemuda II tersebut. Sisi manusiawi, di mana seorang dapat lupa atau mungkin menjadi rancu oleh hal-hal lain yang hampir mirip, harus dipertimbangkan pula.
Saya sendiri, seperti telah ditulis, lebih percaya bahwa Jong Ambon itu memang sama organisasi sejenis dengan nama "Jong" lainnya, yaitu organisasi yang dibentuk untuk menggalang persatuan dan persaudaraan antarkaum muda yang berasal dari daerah yang sama. Sama seperti organisasi-organisasi kaum muda di Tanah Air yang lahir setelah Boedi Oetomo pada 1908, maka cita-cita kemerdekaan juga menjadi tujuan mereka.
Kalau pun mungkin terlihat banyak aktivitas Jong Ambon dalam bidang sepak bola, bisa jadi karena memang para anggota banyak yang menggemari olahraga itu. Bahkan bukan tidak mungkin, melalui aktivitas olahraga sepakbola itu juga ditumbuhkan benih-benih kemerdekaan Indonesia di kalangan anggotanya. Memupuk semangat persatuan dan kesatuan melalui olahraga, begitu mungkin slogannya, walau tak pernah dituliskan.