Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pramuka Jendela Dunia

7 November 2017   15:40 Diperbarui: 7 November 2017   15:55 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kak Berthold membagi materi

Sejak dicanangkannya Kurikulum Pendidikan Nasional 2013 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kurikulum-13 atau disingkat K-13, maka pendidikan kepramukaan telah masuk sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah. Pemerintah memasukkan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib setelah mengamati bahwa perkembangan zaman sekarang membuat kaum muda semakin perlu mendapatkan pendidikan budi pekerti dan karakter.

Gerakan pendidikan kepanduan atau yang di Indonesia saat ini dikenal dengan nama Gerakan Pramuka, merupakan organisasi pendidikan untuk kaum muda yang menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berbudi pekerti luhur. Itulah sebabnya, di mana pun organisasi atau gerakan pendidikan kepanduan, selalu menekankan "Janji Pandu" yang intinya setiap anggota diarahkan untuk bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban terhadap Tuhan YME, juga kewajiban terhadap negara, menolong sesama hidup, dan senantiasa mengikuti aturan-aturan kepanduan.

Adanya keharusan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah, membuat pihak sekolah -- mulai dari pendidikan dasar sampai menengah -- harus siap memberikan pendidikan tersebut. Cukup banyak sekolah yang inovatif, tidak hanya memanfaatkan pembina atau guru yang ada, tetapi juga mengundang para alumni sekolah itu, bahkan para Pembina Pramuka yang cukup berpengalaman.

Poster acara. (Foto: SMK Prima Unggul)
Poster acara. (Foto: SMK Prima Unggul)
Itulah juga yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Prima Unggul yang terletak di kawasan Ciledug, Tangerang. Selama dua hari Sabtu dan Minggu, 4 dan 5 November 2017, sekolah tersebut melaksanakan penerimaan tamu ambalan untuk gugus depan yang berpangkalan di situ. Siswa-siswa baru di kelas 10 (setara dengan kelas 1 SMA/SMK) diajak mengenal lebih dalam tentang kepramukaan.

Beruntung saya mendapat kesempatan ikut memberikan materi dengan tema "Pramuka Jendela Dunia". Mengingat cukup banyak siswa yang belum begitu mengenal Pramuka, saya pun menjelaskan secara singkat mengenai sejarah kepanduan. Sejak digagas oleh Baden-Powell melalui suatu perkemahan di Pulau Brownsea pada 1907, lalu masuk ke Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda pada 1912, dan akhirnya sekitar 60 organisasi kepanduan yang ada disatukan oleh Bung Karno menjadi Gerakan Pramuka pada 1961.

Selanjutnya, saya menjelaskan bahwa menjadi anggota Pramuka berarti menjadi bagian dari persaudaraan seluas dunia. Di Indonesia saja tercatat ada sekitar 20 juta anggota Gerakan Pramuka yang tersebar di 34 provinsi. Sementara di seluruh dunia ada hampir 50 juta Pramuka atau Pandu yang tersebar di 170 negara dan teritori.

Sebagian peserta foto bersama seusai acara. (Foto; R. Andi Widjanarko)
Sebagian peserta foto bersama seusai acara. (Foto; R. Andi Widjanarko)
Organisasi-organisasi kepanduan itu terhimpun dalam World Organization of the Scout Movement (WOSM). Ke-170 organisasi nasional kepanduan yang tergabung dalam WOSM dibagi dalam enam wilayah, mulai dari wilayah Eropa, Asia-Pasifik, Inter-Amerika, Afrika, Arab, dan Eurasia (negara-negara bekas Uni Sovyet).

Berarti seorang Pramuka mempunyai banyak saudara di seluruh dunia. Apalagi Pramuka tidak membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan. Setiap Pramuka adalah saudara bagi Pramuka lainnya, di mana pun mereka berada.

Di luar itu, saya pun membagi pengalaman betapa aktivitas kepramukaan itu sebenarnya jendela untuk melihat dunia. Kita dapat mengenal bangsa-bangsa lain melalui pertemuan kepramukaan. Baik berupa pertemuan tatap muka  seperti jambore, konferensi, dan semacamnya, atau pun pertemuan di dunia maya.

Seperti diketahui, sejak lebih dari 60 tahun telah dikenal yang disebut Jamboree On The Air (JOTA). Pada JOTA, para Pramuka atau Pandu dari seluruh dunia berhubungan dengan menggunakan perangkat amatir radio dari tempat masing-masing. Selain itu, ada juga yang disebut Jamboree On The Internet (JOTI) yang telah diadakan lebih dari 20 tahun lalu. Di sini para Pramuka atau Pandu berhubungan dengan menggunakan perangkat komunikasi seperti telepon genggam, komputer rumah, komputer jinjing, dan sebagainya, yang terhubung dengan jaringan internet.

Penyerahan sertifikat dan ucapan terimakasih. (Foto: R. Andi Widjanarko)
Penyerahan sertifikat dan ucapan terimakasih. (Foto: R. Andi Widjanarko)
Setiap tahun, pada minggu ketiga bulan Oktober, para Pramuka atau Pandu saling berhubungan melalui aktivitas JOTA dan JOTI. Saling menyapa, saling mengenal, dan saling belajar memahami satu sama lain. Sama seperti semua kegiatan kepramukaan, pada akhirnya melalui aktivitas tersebut diharapkan tercipta persaudaraan yang lebih erat satu sama lain warga dunia, sehingga membantu terwujudnya slogan WOSM yang berbunyi "Scouts, creating a better world" atau para Pramuka/Pandu membantu menciptakan dunia yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun