Percakapan itu terus berlanjut, dalam diriku, satu dan yang lain, manakala baris-baris tulisanku memang banyak yang biasa saja, catatan tentang nama, tempat, dan waktu, bukan dan tak ada kiasan, metafora, apalagi segala hal yang rumit-rumit, tersirat di dalamnya, dan untuk membukanya, perlu permenungan, dalam-dalam.Â
Jadi, inikah hanya catatan atau bisa juga disebut puisi? Tak apa, marilah terus bercakap, sambil kuterus menulis, catatan atau puisi, terserah saja.