Selasa pagi ini, 20 Juni 2017, saya berkunjung ke gedung Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka di Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 6, Jakarta Pusat. Ingin bertemu Dr. Susi Yuliati, Wakil Ketua Kwarnas yang juga senior dan sahabat lama saya.
Kepadanya saya serahkan dua buku puisi terbaru saya, yang saya tulis pada tahun ini. Pertama, kumpulan puisi "Kubayangkan Chairil Anwar" (ISBN 978-602-6598-13-4) yang terdiri dari vi + 104 halaman. Kumpulan puisi terbitan Nulisbuku ini diluncurkan bertepatan pada Hari Buku Sedunia, 23 April 2017, di Rumah Dunia, Serang, Banten.
Kedua, kumpulan puisi "Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila" (ISBN 978-602-6598-18-9) yang terdiri dari vi + 87 halaman. Kumpulan puisi yang juga diterbitkan oleh Nulisbuku ini, diluncurkan bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2017, di Jakarta. Kedua kumpulan puisi itu saya tanda tangani dan saya serahkan kepada Kak Susi, demikian panggilan akrabnya di lingkungan Gerakan Pramuka.
Bila tak salah 1976 atau 1977, ketika itu Kak Susi adalah Ketua Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Cabang Gerakan Pramuka (Dewan Kerja Cabang/DKC) Jakarta Timur. Salah satu program yang dilaksanakan oleh DKC Jakarta Timur adalah festival seni yang diadakan di Gelanggang Remaja Jakarta Timur yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista).
Saya ikut mewakili Kordinator Kecamatan (sekarang namanya Kwartir Ranting) Matraman. Sejak kecil saya memang senang menulis dan membaca puisi, maka ketika DKC Jakarta Timur mengadakan festival seni yang salah satunya adalah lomba baca puisi, saya pun ikut serta. Bukan juara pertama, tetapi bagi saya mendapatkan predikat sebagai juara ketiga cukuplah menyenangkan.
Di Gelanggang Remaja itu, serta di beberapa Gelanggang Remaja lainnya di Jakarta, yaitu di Gelanggang Remaja Jakarta Pusat di kawasan Senen dan Gelanggang Remaja Jakarta Selatan di kawasan Bulungan, Blok M, saya juga pernah tampil baca puisi dan ikut pementasan teater. Saya tidak ingat apakah saya pernah berkegiatan di Gelanggang Remaja Jakarta Barat, tetapi di Gelanggang Remaja Jakarta Utara, saya pernah memamerkan koleksi benda-benda filateli milik saya di akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Gelanggang remaja atau dulu dikenal dengan istilah Bahasa Inggris Youth Centre dibangun pada masa DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin. Tempat itu memang menjadi salah satu tujuan utama para remaja dan generasi muda pencinta seni dan olahraga pada 1970-an sampai awal 1990-an di Jakarta, untuk memanfaatkan waktu senggang mereka. Apalagi pada 1970-an, ketika pusat perbelanjaan seperti mall dan plaza, serta kafe dan tempat hang out lainnya, belum sebanyak sekarang. Menyebabkan gelanggang remaja juga menjadi pilihan bagi kaum muda untuk berakhir pekan.
Banyak pula pilihan lain bagi kaum muda saat ini untuk menyalurkan kreasinya, tetapi biar bagaimana pun, keberadaan gelanggang remaja di Jakarta tetap bertahan dan menyimpan sejuta kenangan bagi yang pernah memanfaatkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H