Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bata Kerajaan Majapahit Dijual Hanya Tiga Ribu Rupiah

11 April 2017   10:06 Diperbarui: 11 April 2017   10:18 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim yang mengecek sisa-sisa perusakan di situs bekas Kerajaan Majapahit. (Foto: koleksi Joe Fendy)

Berita yang menjadi “headline” Kompasiana kemarin (Senin, 10 April 2017) tentang “Bata Kerajaan Majapahit dan Kapal Perang Belanda Hilang Lenyap” (baca di sini ), sempat dipermasalahkan. Ada yang bilang foto yang dimuat dalam pemberitaan itu adalah foto lama, bahkan ada yang mengatakan itu foto dari tahun lalu. Foto tersebut menggambarkan perusakan situs bekas Kerajaan Majapahit untuk diambil batu-batu batanya dan dimuat ke dalam truk.

Ternyata pengecekan melalui sejumlah teman, mengabarkan bahwa itu adalah foto baru dan kejadiannya juga baru-baru ini. Hal itu dibenarkan Joe Fendy, seorang anggota Scout Riders Indonesia (SRI), suatu komunitas Pramuka yang senang mengadakan petualangan atau penjelajahan dengan menggunakan sepeda motor, sekaligus mengkampanyekan aktivitas berkendaraan dengan benar, mengikuti aturan lalu lintas.

Lambang Scout Riders Indonesia. (Foto: SRI)
Lambang Scout Riders Indonesia. (Foto: SRI)
Selain mengusung nama SRI, anggota komunitas tersebut umumnya juga menjadi bagian dari komunitas Pramuka Peduli Budaya Nusantara. Tak heran bila mereka senang pula berkunjung ke situs-situs bersejarah maupun tempat-tempat yang ada hubungannya dengan kebudayaan di berbagai daerah, khususnya di Pulau Jawa.

Joe Fendy mengabarkan bahwa foto yang menjadi viral di media sosial itu bukan foto lama, melainkan foto baru. Dikabarkannya juga, bahwa bata-bata dari bekas situs Kerajaan Majapahit dijual dengan harga sangat murah, hanya Rp 3.000 per buah. “Itu empat hari lalu. Batanya dijual 3000 per biji. Dan sudah ditangani rekan-rekan budaya di Mojokerto,” tulisnya dalam akun Facebook komunitas SRI.

Logo Pramuka Peduli Budaya Nusantara. (Foto; SRI)
Logo Pramuka Peduli Budaya Nusantara. (Foto; SRI)
Dia juga memberikan dua foto baru lainnya terkait kasus perusakan situs bekas Kerajaan Majapahit itu dan pengambilan batu bata di situs itu. Joe Fendy menambahkan pula bahwa tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang berkantor di Mojokerto segera datang hari itu, “Tapi apalah daya.... sudah terangkut”.

Sementara dari pihak lain dikabarkan, bahwa kejadian pengambilan batu bata dari situs bekas Kerajaan Majapahit di Trowulan dan sekitarnya yang terletak di kawasan Mojokerto, Jawa Timur, sudah berlangsung berulangkali. Setiap kali ada kasus, selalu dilakukan penanganan dan upaya pencegahan. Namun tampaknya belum berhasil dengan baik.

Kasus serupa masih terjadi lagi. Bisa jadi karena luasnya area situs bekas Kerajaan Majapahit itu dan juga karena tenaga yang mengawasi masih terbatas. Namun yang tampaknya juga masih menjadi masalah adalah masih kurangnya pengertian dan pemahaman masyarakat terhadap tinggalan sejarah bernilai tinggi itu, di samping faktor ekonomi yang mau secara mudah mencari uang. Tak perlu repot bikin batu bata baru yang memerlukan waktu berhari-hari, tinggal ambil dan bawa saja batu bata yang sudah ada dari situs Trowulan itu.

Tim yang mengecek sisa-sisa perusakan di situs bekas Kerajaan Majapahit. (Foto: koleksi Joe Fendy)
Tim yang mengecek sisa-sisa perusakan di situs bekas Kerajaan Majapahit. (Foto: koleksi Joe Fendy)
Batu-batu bata yang diperoleh itu kemudian dijual dengan harga pasaran yaitu Rp 3.000 per buah. Harga yang sangat murah, mengingat benda itu merupakan benda yang sudah berusia lebih dari 5 abad atau 500 tahun, suatu benda yang sangat langka dan tidak bisa ditemukan kembali kalau hancur dan lenyap begitu saja.

Ditambah lagi, nilai sejarahnya yang begitu tinggi dari suatu kerajaan yang pernah besar dan menguasai Nusantara di abad ke-13 sampai 15 Masehi. Kerajaan Majapahit yang konon benderanya menjadi asal-muasal bendera Merah Putih yang sekarang kita gunakan sebagai bendera kebangsaan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun