Hati-hati mengutip dari Wikipedia. Ini terbukti ketika seorang teman dari luar negeri baru-baru ini mengirim gambar logo pertemuan tokoh-tokoh kepanduan Asia-Pasifik yang akan diselenggarakan di Bali, 22-25 April 2017. Pertemuan tersebut dinamakan Asia-Pacific Regional (APR) Scout Leaders Summit atau ringkasnya disebut APR Summit. Dia menanyakan apakah saya sudah melihat logo itu?
Saya menjawab cepat, sudah. Setahu saya, memang itulah logo APR Summit yang akan diadakan di Bali. Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah diadakan saat pertemuan Komite dan Subkomite Kepanduan APR (APR Scout Committee and Subcommittees) yang diadakan di Jakarta tahun lalu. Saat itu, Gerakan Pramuka terpilih sebagai tuan rumah kegiatan yang dilaksanakan di antara dua APR Scout Conference (Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik). Pada 2015 diadakan di Korea Selatan, dan pada 2018 akan diadakan di Filipina.
APR Summit adalah pertemuan para tokoh kunci organisasi nasional kepanduan di negara-negara dalam kawasan Asia-Pasifik. Saat ini tercatat ada 26 organisasi nasional yang tercatat, dengan tambahan beberapa negara yang statusnya masih peninjau. Salah satu organisasi nasional yang statusnya masih peninjau adalah Kepanduan Timor Leste. Sebelumnya, pada 2003 ketika Kwarnas dipimpin Letjen TNI (Purn) Rivai Harahap, Gerakan Pramuka juga pernah menjadi penyelenggara APR Summit, yang diadakan di Cibubur, Jakarta Timur.
Saya segera menjelaskan, bahwa Adhyaksa Dault yang di lingkungan Gerakan Pramuka dipanggil Kak Adhyaksa, adalah Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka untuk masa bakti 2013-2018. Tetapi beliau bukanlah wakil Indonesia dalam Komite Kepanduan Asia-Pasifik. Perwakilan Gerakan Pramuka dalam Komite Kepanduan Asia-Pasifik adalah Ahmad Rusdi. Beliau yang sebelumnya dalam keseharian merupakan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI dan kini menjadi Dutabesar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Thailand. Ahmad Rusdi terpilih dalam Konferensi Kepanduan di Korea Selatan untuk masa bakti 2015-2021 .
Informasi dari teman itu membuat saya tergerak juga untuk membuka Wikipedia. Siapa tahu dalam edisi Bahasa Inggris salah, tetapi dalam edisi Bahasa Indonesia sudah diperbaiki. Ketika saya membukanya, yang ada dalam daftar anggota Komite Kepanduan Asia-Pasifik justru daftar yang lebih lama, dari masa bakti 2009-2012. Dalam daftar itu masih ada nama Azrul Azwar sebagai wakil dari Gerakan Pramuka. Ketika Azrul Azwar meninggal dunia pada 2014, posisinya digantikan oleh wakil dari Thailand. Kini, Gerakan Pramuka telah mempunyai kembali wakil, dengan masuknya Ahmad Rusdi.
Sebagai sumber dasar, Wikipedia memang membantu memberikan “bahan mentah”. Tetapi namanya juga “bahan mentah”, dan setahu saya setiap orang asal terdaftar di Wikipedia bisa memasukkan data ke Wikipedia, maka harus dicek ulang berkali-kali. Dibandingkan dengan sumber-sumber tertulis lainnya, sehingga bisa diperoleh data yang sebenarnya.
Bisa jadi, orang yang memasukkan data ke Wikipedia tidak bermaksud menipu. Tetapi informasi yang ada padanya, bisa saja salah. Atau pun kalau pun informasi itu benar, belum diperbarui lagi. Sehingga yang termuat adalah informasi salah atau informasi “ketinggalan zaman”. Maka yang harus diperhatikan, cek dan ricek semua informasi yang diterima, agar kita juga bisa meneruskan informasi yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H