Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Selamat Jalan Sastrawan dan Wartawan Senior Gerson Poyk

24 Februari 2017   13:54 Diperbarui: 24 Februari 2017   19:04 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerson Poyk, sastrawan dan wartawan senior Indonesia. (Foto: kupang.tribunnews.com)

Satu lagi sastrawan terkemuka Indonesia berpulang. Gerson Poyk, sastrawan dan wartawan senio Indonesia menutup mata terakhirnya di RS Hermina Depok dalam usia menjelang 86 tahun. Dilahirkan di Rote, Nusa Tenggara Timur, 16 Juni 1931, Gerson yang mempunyai nama lengkap Herson Gubertus Gerson Poyk,  merupakan salah satu sastrawan yang cukup banyak menerbitkan buku-buku sastra, sejak memulai karier sebagai penulis dan kemudian wartawan pada 1950.

Namun meski banyak yang lebih mengenalnya sebagai sastrawan dan wartawan, Gerson Poyk  yang oleh keluarga dan teman-teman dekatnya dipanggil dengan Oom Bea atau Pak Bea,  adalah lulusan Sekolah Guru Atas di Surabaya. Karena itu tak heran bahwa dia pernah menjadi guru SMP dan SGA di Ternate, Maluku, serta di Bima, NTB. Dalam perjalanan hidupnya, siapa sangka kelak namanya justru sering disebut-sebut para guru di seluruh Indonesia, karena karya-karya sastranya dijadikan rujukan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dia juga pernah menjadi wartawan Sinar Harapan, sebuah surat kabar sore nasional yang pernah jaya dan menjadi salah satu suratkabar terkemuka di Tanah Air. Tercatat paling tidak delapan tahun, dari 1962 sampai 1970, dia menjadi wartawan di harian sore itu. Setelah tidak lagi menjadi wartawan tetap, dia masih tetap menghasilkan liputan-liputan yang menarik. Selain dimuat di Sinar Harapan, juga di sejumlah suratkabar nasional lainnya.

Lepas dari Sinar Harapan, Gerson Poyk sempat mendapat beasiswa mengikuti program pelatihan penulisan internasional,  International Writing Program di University of Iowa, Amerika Serikat, selama dua tahun. Setelah itu, dia masih sempat beberapa kali mengikuti beragam acara internasional lainnya, terutama yang terkait dengan dunia kesusastraaan.

Cukup banyak penghargaan yang pernah diterimanya. Antara lain Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia, dan dua kali berturut-turut pada 1985 dan 1986 meraih Adinegoro, penghargaan bagi para wartawan Indonesia. Dia juga pernah menerima penghargaan sebagai sastrawan ASEAN, SEA Write Award, serta Harian Kompas pernah memberikan hadiah Lifetime Achievement Award atas jasa-jasanya sebagai sastrawan dan wartawan Indonesia.

Kumpulan puisi | infosastra.com
Kumpulan puisi | infosastra.com
Telah menghasilkan sekitar 100 buku sastra, terdiri dari kumpulan puisi, cerpen, dan novel, Gerson Poyk adalah seorang sastrawan dan sekaligus wartawan yang idealis. Dia berprinsip kuat untuk membela kebenaran, dan karena itu liputan-liputannya sebagai wartawan pun menunjukkan keberpihakannya pada rakyat dan upaya-upaya membela kebenaran.

Sementara sebagai sastrawan, Gerson Poyk yang menikah dengan Agustine Antoineta Saba pada 1960, dan mempunyai lima anak itu, tulisan-tulisannya banyak mengambil setting petualangan. Gerson Poyk sendiri pernah berkata, bahwa alam terbuka di Nusa Tenggara Timur, cukup sering menjadi latar belakang kisahnya, walaupun dia tidak mentah-mentah mengambilnya, namun meracik kembali sehingga menghasilkan naskah yang menarik.

Terakhir Gerson Poyk meluncurkan kumpulan puisinya yang berjudul Dari Rote ke Iowa, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 25 Juni 2016, sekaligus memperingati ulang tahun ke-85 sastrawan itu. Kumpulan puisi itu adalah kumpulan puisi pilihannya sejak pertama dibuat pada 1950-an. “Keseluruhan puisi merupakan akumulasi dari kisah perjalanan kehidupan saya selama berkiprah sebagai jurnalis maupun penulis sastra,” tuturnya.

Itulah persembahan buku terakhir dari Gerson Poyk.  Selamat jalan Pak Gerson Poyk.

Sumber: Gerson Poyk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun