“Kami harus tetap belajar lebih baik lagi,” demikian dikatakan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, dalam acara “Launching Inovasi Produk dan Layanan HUT ke-60 BCA” yang diselenggarakan di Menara BCA, Jakarta Pusat, Rabu siang, 22 Februari 2017.
Berbicara dalam acara yang sekaligus syukuran ulang tahun ke-60 BCA itu, Jahja mengungkapkan sejarah perkembangan salah satu bank terkemuka di Indonesia itu. “Kalau umur manusia memang sudah cukup tua, tapi kalau untuk ukuran perusahaan atau corporation, ini masih seperti remaja yang penuh semangat,’ tuturnya lagi.
Didirikan 21 Februari 1957, sebagaimana layaknya perusahaan-perusahaan lain, BCA juga mengalami berbagai cobaan dan pasang surut. Namun, perusahaan itu berhasil kembali bangkit dan meneruskan perjalanannya. Jahja misalnya menceritakan pada 1988 ketika keluar relaksasi peraturan perbankan yang membuat bank-bank sangat mudah membuka cabang di mana saja. “Padahal sebelum itu sangat sulit membuka cabang,” jelas Jahja sambil menambahkan, “Sampai-sampai kami kewalahan mencari orang yang tepat untuk menjadi kepala cabang”.
Saat itu, BCA berkembang sangat pesat dengan dibukanya cabang-cabang baru di berbagai daerah di Indonesia. Namun masa suram sempat terjadi sekitar 1997 dan 1998. Pada 1997 ada isu bahwa pemilik lama BCA meninggal dunia, sehingga sempat terjadi penarikan dana dari sejumlah nasabah. Sementara itu, masih pada tahun yang sama, tepatnya pada November 1997, terdapat 16 bank yang dilikuidasi karena performanya bagus.
Seperti disampaikan Jahja, saat itu belum ada LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dan skema penjaminan, sehingga orang-orang yang dananya relatif kecil dan terbatas segera memindahkan simpanannya ke bank-bank Pemerintah, dan juga termasuk pula ke BCA. Ini jelas meningkatkan kembali dana yang dimiliki BCA.
Sayangnya, lagi-lagi cobaan datang. Pada Mei 1998 terjadi gejolak politik yang luar biasa di Indonesia. BCA ikut pula terimbas. Nasabah-nasabah menarik dana besar-besaran dan BCA pun kolaps, sehingga harus diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Belajar dari pengalaman tersebut, tampaknya yang juga mendasari BCA untuk terus meningkatkan komitmennya dan bekerja keras. Hasilnya, “BCA dan entitas anak perusahaannya berhasil melalui tahun 2016 dengan peningkatan pendapatan operasional yang sehat, di tengah pertumbuhan ekonomi yang moderat dan masih lemahnya aktivitas bisnis”, kata Jahja sambil menambahkan, “Pencapaian tersebut didukung oleh pertumbuhan berkelanjutan dari dana pihak ketiga dan keseluruhan aset produktif, disertai penerapan prinsip kehati-hatian dengan mengutamakan pentingnya kualitas aset”.
Jahja juga menekankan pentingnya BCA untuk terus semakin matang, rendah hati, dan memberi dampak positif bagi seluruh stake holder BCA. Itulah sebabnya Jahja menegaskan, “Memasuki HUT ke-60, BCA berkomitmen menjadi lebih baik melalui tiga pilarnya, yaitu belajar lebih baik, memberi lebih baik, dan melayani lebih baik”.
Dalam percakapan informal seusai acara, Jahja juga beberapa kali mengulangi keinginan perusahaannya untuk terus dan tetap belajar lebih baik, agar dapat memberi dan melayani lebih baik. “Kita semua ‘kan harus tetap belajar ya,” katanya.
Produk dan Layanan Terbaru