Bukan, ini bukan Ada Apa dengan Cinta (AadC), tetapi ada apa dengan jangkrik dan Pak Sumarsono, sang Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI, saat mengritik desain lokomotif MRT yang bakal dioperasikan di Jakarta? Sumarsono kurang suka desain lokomotifnya, dan dikatakannya mirip kepala jangkrik. Dia menginginkan agar desain MRT terlihat lebih sporty dan aerodinamis (baca lengkapnya di sini).
Padahal, pihak pabrikan lokomotif itu, Nippon Sharyo Ltd dan Sumitomo, tentu sudah memperhitungkan aerodinamisnya sebuah lokomotif MRT, karena mereka bukan baru kali ini membuat lokomotif kereta. Sedangkan soal kesan sporty, bila dilihat dari gambar yang ditunjukkan Sumarsono, sebenarnya bagi saya pribadi sudah sporty, entahlah kalau pandangan orang lain.
Ketika tulisan ini dimulai dengan mengutip judul film Ada Apa dengan Cinta, sebenarnya jangkrik pun “menjelma” menjadi teman anak-anak lewat cerita yang kemudian di-film-kan dalam The Adventures of Pinocchio atau Petualangan Pinokio. Masih ingat ‘kan boneka kayu Pinokio yang kalau nakal hidungnya bertambah panjang? Untung Pinokio mempunyai teman Jiminy Cricket alias Jiminy si Jangkrik, yang selalu menasehati Pinokio kalau si boneka kayu berlaku nakal.
Meraih lebih dari 6 juta penonton, film yang dirilis 2016 itu menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak. Jauh di atas film AAdC (dirilis pada 2002) yang sekitar 2,7 juta penonton, maupun sekuelnya AAdC 2 (2016) dengan jumlah penonton sekitar 3,6 juta. Juga di atas film Habibie & Ainun (2012) dengan jumlah penonton sekitar 4,4 juta, dan Laskar Pelangi (2008) dengan 4,6 juta penonton.
Jangkrik Boss! Memang berhasil “mengajak” kembali penonton untuk menyaksikan film-film Indonesia di bioskop-bioskop di Tanah Air. Terbukti bahwa film-film berikutnya, menjadi lebih laris dibandingkan sebelumnya. Suatu hal yang telah mengembalikan film Indonesia kembali disukai penonton, setelah dalam kurun sekitar 2009 sampai 2013 dan bahkan sampai 2015, dapat dikatakan pertumbuhan penonton film Indonesia melambat.
Dan memang benar, contohnya Hangout (rilis 22 Desember 2016) dan Cek Toko Sebelah (rilis 28 Desember 2016), sampai pertengahan Januari 2017 masing-masing telah menembus 2 juta penonton. Bahkan film yang ditonton para anggota Gerakan Pramuka bersama Marcella Zalianty, Ayu Anak Titipan Surga, walaupun baru rilis 12 Januari 2017 telah berhasil mengajak 75.000 penonton menyaksikan film itu. Bandingkan dengan film dengan tema Pramuka Lima Elang yang disutradarai Rudi Soedjarwo pada 2011, sampai “diturunkan” dari bioskop jumlah penontonnya hanya di kisaran 150.000 sampai 200.000 orang. Lima Elang memang dirilis di “tahun-tahun suram” perfilman Indonesia, sehingga sulit untuk mencapai jumlah penonton yang banyak. Bahkan pernah ada yang menulis di Kompasiana, mengatakan bahwa 2011 adalah tahun kurang bersahabat bagi sineas Indonesia (baca di sini).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H