Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal “Pilihan”, “Headline” atau Sekadar Tulisan Biasa, Itu Urusannya “Admin” Kompasiana

23 Oktober 2016   21:32 Diperbarui: 23 Oktober 2016   21:48 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohnya saya. Setelah hampir semua tulisan saya akhir-akhir menjadi tulisan “Pilihan” Kompasiana, tulisan terbaru saya sebelum saya menulis ini, tidak dijadikan tulisan “Pilihan”. Padahal – paling tidak bagi saya pribadi – judulnya cukup menarik, “SBY 2016, Soeharto 2018? Lalu Ali Sadikin?” (bisa dibaca di sini).

Bagi saya, itu adalah hak dari Admin Kompasiana. Dalam kenyataannya, walaupun bukan tulisan “Pilihan”, sampai saat ini telah dibaca sebanyak 281 kali, dengan 5 komentar, dan mendapat nilai 3. Jumlah yang cukup baik, karena ada juga tulisan saya yang dijadikan “Pilihan” oleh Kompasiana, justru mendapat hasil yang kurang baik. Contohnya tulisan berjudul “Jalan Kebudayaan dari World Culture Forum 2016” (bisa dibaca di sini) yang menjadi tulisan “Pilihan” Kompasiana, hanya dibaca sebanyak 28 kali, tanpa komentar, dan mendapat nilai 1.

Begitu pula tulisan “Pilihan” Kompasiana berjudul “Sumpah Pemuda, Bulan Bahasa, Buka Kamus!” (bisa dibaca di sini) hanya dibaca sebanyak 88 kali, tanpa komentar dan tanpa nilai. Padahal isinya cukup relevan menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober mendatang.

Apakah itu mengurangi minat saya menulis? Tidak. Bagi seorang Kompasianer, yang penting menulis dan mengunggah tulisannya. Soal apakah tulisannya dijadikan “Pilihan”, “Headline”, atau tulisan biasa, tak menjadi soal. Itu urusannya Admin Kompasiana untuk menentukan kualifikasi tulisan kita. Baru menjadi soal kalau tulisannya dihapus Admin Kompasiana. Untuk hal ini, Kompasianer berhak untuk menanyakan kepada Admin Kompasiana, dan menurut hemat saya, Kompasiana juga wajib untuk menjawab, menjelaskan mengapa tulisan tersebut dihapus.

Lalu, kalau belum ada jawaban atau jawaban dari Admin Kompasiana tidak atau belum memuaskan? Hal itu tergantung kepada Kompasianer bersangkutan. Bisa bertanya lagi, sampai mendapat jawaban memuaskan. Bisa juga tetap menulis, dengan atau tanpa jawab memuaskan. Bisa juga – tetapi mudah-mudahan tidak – memutuskan hal paling ekstrim, berhenti menulis. Paling tidak untuk sementara, menjadikan sebagai saat untuk “merenung” dan kemudian kembali lagi dengan tulisan-tulisan yang lebih baik, dan pastinya tak akan dihapus lagi oleh Admin Kompasiana.

Selamat menulis Kompasianer!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun