Baru saja sahabat saya sejak lama, Djulianto Susantio, menulis tentang Bapak Permuseuman Indonesia lewat judul “Mengenang Bapak Permuseuman Indonesia, Moh Amir Sutaarga” (baca di sini: Mengenang Bapak Permuseuman Indonesia, Moh Amir Sutaarga), tiba-tiba membaca status teman saya di akun Facebook-nya yang mengeluhkan adanya penobatan Bapak Permuseuman Indonesia kepada Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 RI.
Beritanya mengenai penganugerahan kepada SBY itu dapat dibaca di sini: Cerita SBY Cinta terhadap Museum Hingga Dinobatkan Bapak Permuseuman. Berita lainnya dari peristiwa yang sama dapat dibaca di sini: SBY Dinobatkan sebagai Bapak Museum Indonesia.
Meski pun demikian, ada teman lain mengunggah pula tautan dari situs web Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang menyelenggarak penganugerahan itu seperti ini: SBY Akan Dianugerahi "Tokoh Peduli Museum Indonesia".
Jadi mana yang benar? Tokoh peduli museum atau Bapak Permuseuman Indonesia? Kalau disebut tokoh yang peduli pada museum di Indonesia, mungkin masih dapat dimaklumi. Walaupun sebenarnya semua Presiden RI juga peduli pada museum di Indonesia. Bahkan Presiden ke-1 RI, Soekarno, termasuk yang rajin mengoleksi benda-benda seni untuk ditampilkan di Istana Presiden. Sedangkan mantan Wakil Presiden Adam Malik adalah pengoleksi berbagai benda, termasuk keramik-keramik kuno dan sempat ditampilkan dalam museumnya, Museum Adam Malik di Jalan Diponegoro Jakarta Pusat. Sayang sekarang museum itu sudah tutup dan gedung museum bekas rumahnya kini sudah dibeli Harry Tanoesoedibjo dan dijadikan gedung DPP Perindo.
Kembali ke soal Bapak Permuseuman Indonesia, agaknya terlalu berlebihan memberikan gelar itu kepada SBY. Djulianto Susantio sudah menulis mengenai Bapak Amir Sutaarga yang mengabdikan dirinya seumur hidup pada perkembangan permuseuman di Indonesia. Di luar nama itu, masih ada nama lainnya, seperti almarhum Bambang Sumadio, arkeolog yang sempat memimpin Museum Nasional dan banyak tokoh lainnya.
Teman saya, Annissa M Gultom, seorang ahli museum misalnya menyebut nama Sudarmadji Damais. Tokoh ini sampai sekarang masih hidup, dan di tangannya banyak museum di bilangan Jakarta yang telah dibenahinya. Ada lagi nama Dirman Surachmat, yang pernah menjadi Kepala Dinas Permuseuman DKI Jakarta. Lalu bisa juga disebut nama Nunus Supardi, mantan pejabat Depdikbud yang mencurahkan perhatian besar pada permuseuman.
Entah mana yang benar atau mana yang salah. Apakah sebenarnya AMI memang hanya ingin memberikan gelar sebagai tokoh peduli museum kepada SBY dan wartawan-wartawan yang salah kutip, atau memang tiba-tiba diubah gelarnya menjadi Bapak Permuseuman Indonesia. Kalau ini yang terjadi, jelas hal yang agak mengherankan dilakukan suatu asosiasi yang seharusnya sudah tahu sejarah permuseuman di Indonesia.
Baca juga “Kapankah Hari Museum Indonesia” di sini: Kapankah Hari Museum Indonesia?. Di situ pun jelas dari sejarahnya, tertulis nama Amir Sutaarga, sebagai tokoh museum Indonesia. Bahkan AMI sendiri pernah mengemukakan jasa-jasa beliau kepada permuseuman Indonesia tak diragukan lagi.
Jadi, semoga memang penulisan bahwa SBY dijadikan Bapak Permuseuman Indonesia hanyalah salah ketik, salah ucap, salah paham saja. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H