Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meriah, Karnaval Budaya di Lapangan Puputan Denpasar

12 Oktober 2016   07:31 Diperbarui: 12 Oktober 2016   10:14 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian dari Institut Seni Indonesia Denpasar. (Foto: BDHS, 2016)

Masih dalam rangkaian World Culture Forum (WCF) 2016 yang diadakan di Nusa Dua Convention Centre, Bali, 10-14 Oktober 2016, digelar pula Festival Tari Rakyat Internasional (Internasional Folk Dance Festival). Selain dari berbagai daerah di Indonesia, hadir pula rombongan penari rakyat dari berbagai negara.

Khusus kepada peserta WCF 2016, mereka menggelar beragam tarian yang diiringi musik tradisional khas daerah dan negara masing-masing, dalam suatu karnaval budaya yang diselenggarakan di Lapangan Puputan, Denpasar, Selasa, 11 Oktober 2016, petang hari.

Dimulai dengan sambutan dari Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, karnaval tersebut kemudian dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dengan melepas panah dari busurnya. Panah itu mengarah ke kelompok tari Insitut Seni Indonesia Denpasar yang segera menampilkan tarian semi kolosal.

Penampilan tari rakyat Kazakhtan. (Foto: BDHS, 2016)
Penampilan tari rakyat Kazakhtan. (Foto: BDHS, 2016)
Selanjutnya, rombongan tari dari daerah dan negara peserta tampil satu-persatu. Dimulai dari rombongan tari rakyat Argentina, terus berlanjut ke negara-negara lainnya. Tercatat ada 13 negara yang menampilkan tari rakyatnya, di samping sejumlah daerah di Indonesia.

Karnaval ini berlangsung meriah sekali. Bukan saja menarik perhatian seluruh peserta WCF 2016, tetapi juga masyarakat umum dan turis-turis domestik maupun mancanegara tak sedikit yang memadati Lapangan Puputan tersebut.

Penari kuda lumping dari Reog Ponorogo, Jawa Timur. (Foto: BDHS, 2016)
Penari kuda lumping dari Reog Ponorogo, Jawa Timur. (Foto: BDHS, 2016)
“Amazing!”, tutur seorang turis dari Jerman yang kebetulan menyaksikan acara tersebut. Dia secara khusus memuji penampilan tarian dari Bali, Papua, dan Ceko.

Hal senada juga diungkapkan peserta WCF 2016, baik peserta dari dalam maupun luar negeri. Semuanya merasa puas dengan kemeriahan karnaval budaya itu. Paling tidak bisa menghilangkan penat setelah pagi harinya mengikuti simposium yang cenderung lebih serius.

Foto-foto: BDHS, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun