Jadi, melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, ditegaskan kembali cukup satu (organisasi) Pramuka untuk satu Indonesia. Suatu hal yang kabarnya, telah diungkapkan Dr. Moewardi puluhan tahun sebelumnya dengan ungkapan “Satu Pandu untuk Satu Indonesia”.
Tapi bagaimana ucapan Dr. Moewardi sesungguhnya? Sungguh mengejutkan dan menyenangkan, kata-kata asli Dr. Moeewardi berhasil saya peroleh, ketika berkunjung ke Museum Dr. Moewardi di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Saya ke sana bersama teman-teman dari komunitas Indonesia Scout Journalist (ISJ). Di sana, anak keenam Dr. Moewardi, Bapak Witjaksono Moewardi, menyerahkan dua buku hasil reproduksi dari buku lama. Menurut Pak Witjaksono, dia mencari ke penjual buku bekas di berbagai tempat untuk memperoleh buku-buku yang terkait dengan aktivitas ayahnya mengembangkan gerakan pendidikan kepanduan di Indonesia.
Di antara buku-buku yang diperolehnya, dua buku berhasil direproduksi oleh Pak Witjaksono dan diserahkan kepada saya. Pertama adalah Gedenkboek Jong-Java 1915-1930, dan kedua adalah buku Penoendjoek Permainan KBI. Buku pertama diterbitkan oleh Pedoman Besar Jong Java pada 20 April 1930, sedangkan buku kedua diterbitkan oleh Kwartier Besar Kepandoean Bangsa Indonesia (KBI) pada 1933.
Buku Gedenkboek Jong Java 1915-1930 merupakan kitab peringatan dari organisasi Jong Java yang menceritakan sejarah organisasi kaum muda Jawa dari 1915 sampai 1930. Pada halaman 141 sampai 180 terdapat tulisan berjudul “Kepandoean dalam Jong Java” yang ditulis oleh Moewardi. Tulisan menceritakan mengenai organisasi kepanduan di dalam Jong Java yang diberi nama Jong Java Padvinders dan kemudian berubah menjadi Pandoe Kebangsaan (PK). Belakangan, PK dan sejumlah organisasi kepanduan lainnya menyaturkan diri dalam Kepandoean Bangsa Indonesia (KBI).
Pada halaman 148 buku itu, terdapat tulisan Moewardi yang bercerita, “Perloe kami katakan disini, bahwa Kepandoean Jong-Java pertama dari moela-moelanja bermaksoed oentoek mentjampoerkan dirinja dengan Kepandoean Indonesia oemoem….”.
Jadi dari tulisan itu, jelas bahwa walaupun Moewardi berasal dari organisasi pemuda Jawa, tapi semangat kebangsaannya, membuat dia ingin bergabung dan mendirikan suatu organisasi kepanduan nasional Indonesia. Semangat persatuan Moewardi membuatnya bercita-cita mengembangkan suatu gerakan kepanduan nasional.
Masih di halaman yang sama, Moewardi menulis juga pandangannya sebagai seorang Pandu yaitu, “bahwa haroesnja hanja diadakannja soeatoe Kepandoean di Indonesia ini”. Moewardi berpendapat, cukup satu organisasi kepanduan untuk Indonesia. Pemikiran yang mendahului zaman, karena baru pada 1961, semua organisasi gerakan pendidikan kepanduan di Indonesia disatukan dalam Gerakan Pramuka.
“Pandoe jalah saudaranja Pandoe lainnja, maka ta’ ada pentjarian lagi bagi ia selainnja selekas-lekasnja mengoempoelkan saudara-saudaranja itoe menjadi satoe”, tulis Moewardi lagi.
Dari buku itu, dari his story Moewardi itu, jelaslah bahwa sangat besar peranan Dr. Moewardi dalam mengembangkan gerakan pendidikan kepanduan , untuk menyatukan berbagai organisasi kepanduan yang ada di Indonesia, untuk menjadi satu (organisasi) Pandu untuk satu Indonesia.