Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dr. Moewardi atau Lainnya?

6 Mei 2016   14:23 Diperbarui: 9 Mei 2016   15:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi justru dengan keluarnya dari NIPV, Moewardi membentuk Jong Java Padvinders (JJP) yang kemudian berubah menjadi Pandoe Kebangsaa). Dalam aktivitasnya di kepanduan, Moewardi bahkan mencapai jabatan tertinggi sebagai Komisaris Besar, baik di JJP dan Pandoe Kebangsaan, maupun di Kepandoean Bangsa Indonesia (KBI), yang lahir dari penyatuan Pandoe Kebangsaan, Pandoe Pemoeda Sumatera (PPS), dan Indoneisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO).

Penyatuan ketiga organisasi itu juga adalah atas usulannya, karena dia berpendapat semua Pandu adalah saudara satu dengan lainnya, dan sebaiknya organisasi pandu yang bermacam-macam disatukan saja. Dia dan teman-temannya sepakat menggunakan nama KBI untuk menunjukkan inilah organisasi pandu bangsa Indonesia. Suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan bangsa Indonesia yang lahir 13 September 1930 atau 15 tahun sebelum Indonesia merdeka.

plakat-2-572c45a1c0afbd6812d5dc55.jpg
plakat-2-572c45a1c0afbd6812d5dc55.jpg
Bapak Witjaksono Moewardi, anak keenam Dr. Moewardi, menjelaskan tentang foto Patung Dr. Moewardi yang didirikan di Bumi Perkemahan Jurug di Solo, Jawa Tengah. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)

Hal ini jugalah yang dibincangkan sejumlah anggota komunitas Indonesia Scout Journalist (ISJ) ketika berkunjung ke Museum Dr. Moewardi di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan. Ketika berjumpa dengan Bapak Witjaksono Moewardi, anak keenam Dr. Moewardi, perbincangan ini disampaikan juga kepadanya. Apalagi sebelumnya telah ada usulan menjadikan Dr. Moewardi sebagai Bapak Pandu Indonesia dari komunitas lain maupun beberapa kalangan perorangan.

Mengenai hal ini, Pak Witjaksono menjawab dengan rendah, “Sebaiknya dilihat dan dicari dulu tokoh-tokoh lainnya”, maksudnya agar tidak terburu-buru menyebut Dr. Moewardi sebagai Bapak Pandu Indonesia. Dia menyarankan agar sejarah kepanduan Indonesia diteliti data-data yang ada selengkap  mungkin.

Namun biar bagaimana pun, jelas sekali betapa besar jasa Dr. Moewardi terhadap perkembangan gerakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Ada baiknya juga bila Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) yang merupakan organisasi bagi mereka yang pernah aktif di kepanduan dan kepramukaan, dapat membantu menelusuri hal ini. Hipprada yang kini dipimpin oleh Prof. Dr. Haryono Suyono, mempunyai anggota-anggota yang mungkin masih menyimpan data-data sejarah kepanduan Indonesia. Hal itu dapat dimanfaatkan untuk menelusuri sejarah kepanduan dan kepramukaan di Indonesia lebih lengkap lagi. Bukan mustahil pula, nantinya dapat dikumpulkan memorabilia atau artefak sejarah kepanduan Indonesia dalam berbagai bentuk. Bisa untuk disumbangkan ke Museum Dr. Moewardi, dan dapat juga dijadikan bahan untuk mendirikan Museum Kepanduan Indonesia. Siapa tahu?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun