Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bapak Pramuka dan Demo Pramuka

11 April 2015   21:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 2625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428765064913599848

[caption id="attachment_360262" align="alignnone" width="600" caption="Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Bapak Pramuka Indonesia. (Foto: Istimewa)"][/caption]

Di kalangan anggota kepanduan atau kepramukaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, selalu memperingati 22 Februari sebagai Hari Lahirnya Bapak Pandu/Pramuka Sedunia, Lord Baden-Powell. Tapi bagaimana dengan Bapak Pramuka Indonesia? Tampaknya jarang yang tahu, kalau pun tahu, di kalangan anggota Gerakan Pramuka, belum banyak yang setiap tahun memperingatinya.

Siapakah beliau yang disebut Bapak Pramuka Indonesia? Beliau adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang selain Sultan Yogyakarta, dalam karier politiknya pernah menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Bila 22 Februari diperingati sebagai Hari Lahirnya Bapak Pandu/Pramuka Sedunia karena Lord Baden-Powell memang dilahirkan 22 Februari 1857, maka mestinya 12 April setiap tahunnya juga diperingati sebagai Hari Lahirnya Bapak Pramuka Indonesia.

Beliau lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912. Sejak usia muda beliau telah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan, dan menjelang 1960, beliau telah memegang gelar Pandu Agung. Ketika berpuluh-puluh organisasi kepanduan di Indonesia disatukan dalam satu wadah yang diberi nama Gerakan Pramuka pada 1961, Sri Sultan Hamengku Buwono IX berperan penting di dalamnya. Adalah Presiden RI saat itu, Ir. Soekarno, yang berulang kali berkonsutasi dengan Sri Sultan dalam mengembangkan Gerakan Pramuka.

Sri Sultan juga sampai empat periode menjadi Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, mulai dari masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Keberhasilan Sri Sultan membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Beliau bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award, penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM), sebagai organisasi gerakan pendidikan kepanduan tingkat dunia.

Atas jasa-jasanya itulah, Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka yang diselenggarakan di Dili (ketika itu ibu kota Provinsi Timor Timur), sebagai penentu kebijakan tertinggi di lingkungan Gerakan Pramuka menerbitkan Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka, yang isinya mengukuhkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Namun, 12 April 2015 yang seharusnya diperingati sebagai Hari Lahir Bapak Pramuka Indonesia, di lingkungan Gerakan Pramuka – terutama di sejumlah media sosial – yang ramai dibicarakan justru demonstrasi “Pramuka”. Ya, sejumlah mahasiswa yang mengaku sebagai anggota Gerakan Pramuka melancarkan demonstrasi di depan gedung Kwarnas Gerakan Pramuka di Jalan Medan Merdeka Timur 6, Jakarta Pusat, 10 April 2015, hanya dua hari jelang Hari Lahir Bapak Pramuka Indonesia.

Sesuai informasi yang diterima, demonstrasi itu akhirnya menyebabkan, “Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka melaporkan kelompok pramuka gadungan ke Polda Metro Jaya. Laporan itu disampaikan oleh Andalan Nasional Kwarnas, Ahmad Mardiyanto, dan diterima oleh Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya, yang dicatat dalam laporan no.: TBL/1362/IV/2015/PMJ/Dit Reskrimum”. Demikian informasi tertulis yang dapat dibaca di berbagai media sosial dan situs berita internet.

Mungkin, sekali lagi mungkin, memang demonstrasi seringkali sering membuat heboh, jadi hal itu yang seolah-olah menjadi trending topic di berbagai media sosial yang diikuti oleh para anggota Gerakan Pramuka. Mengingat kejadiannya Jumat siang 10 April 2015, maka peristiwa itu langsung menjadi pembicaraan di media sosial sejak Jumat sampai Sabtu 11 April 2015 ini dan belum berakhir. Masih banyak yang terus mengunggah status di media sosial, membahas soal demo Pramuka, Pramuka gadungan, transparansi Kwarnas, dan sebagainya. Jadi banyak yang terlupa bahwa 12 April adalah Hari Lahir Bapak Pramuka Indonesia.

Untung tidak semua terlupa. Masih ada juga anggota Gerakan Pramuka yang mencoba mengingatkan, dengan memasang foto Sri Sultan Hamengku Buwono IX berseragam Pramuka di media-media sosial. Semoga ini menjadikan yang tahun ini belum atau terlupa mengingatnya, dapat kembali ingat bahwa 12 April adalah hari yang cukup penting untuk mengenang Bapak Pramuka Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun