Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

“Demam” Batu Akik di Kumpulan Cerpen

11 April 2015   09:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_360257" align="alignnone" width="1271" caption="Sampul (cover) buku kumpulan cerita pendek "Batu Akik Cempaka Merah"."][/caption]

Judul Buku: Batu Akik Cempaka Merah – Kumpulan Cerpen

Penulis: Herman Suryadi dkk.

Tahun Terbit: Maret 2015

Halaman: vi + 254 halaman

Penerbit: Oksana Publishing, Bengkulu

Harga: Rp 45.000

“Demam” batu akik yang kini menjadi semacam trending topic di kalangan kolektor, ternyata merambah juga ke dunia penulisan fiksi. Satu buku baru kumpulan cerita pendek (cerpen), diberi judul “Batu Akik Cempaka Merah”. Ini adalah kumpulan cerpen karya 18 pengarang, yang kebetulan 9 pria dan 9 wanita. Penggagasnya adalah Herman Suryadi, seorang penulis yang cukup terkenal di Bengkulu.

Kumpulan cerpen ini selain mempunyai kesamaan jumlah penulis antara pria dan wanita, juga semuanya mempunyai “benang merah” tentang Bengkulu. Sebagai warga Bengkulu, Herman Suryadi memang amat cinta provinsinya. Sebelum kumpulan cerpen ini, dia juga telah mengajak sejumlah penyair untuk menerbitkan kumpulan puisi. Sama seperti kumpulan cerpen, kumpulan puisi yang diterbitkannya itu juga berlatar Bengkulu.

“Penerbitan buku ini dalam upaya menorehkan kenangan, pengalaman, dan hasil produksi imajinasi yang bermuara di Provinsi Bengkulu. Suatu bentuk rasa cinta dan peduli pengarang terhadap Provinsi Bengkulu,” tulis Herman dalam pengantarnya.

Herman yang juga aktif sebagai Pelatih Pembina Pramuka itu juga tak menampik judul buku itu terkait dengan “demam” batu akik yang merajalela di mana-mana, hampir di seluruh pelosok di Indonesia. “Judul buku ini dipilih ‘Batu Akik Cempaka Merah’ paling tidak ikut serta pengarang memotret gejala sebagian masyarakat di Indonesia yang ramai-ramai menyukai secara mandiri dan suka rela kegemaran batu akik, batu mulia, di era 2015,” tulis Herman lagi.

Cerpen berjudul “Batu Akik Cempaka Merah” itu memang merupakan karya Herman. Ceritanya berkisah tentang Cik Buyung yang suatu ketika kedatangan seorang peri bernama Putri Gading Cempaka dalam mimpinya. Sang puteri memberitahu Cik Buyung adanya suatu “harta” dalam bentuk batu di sebuah tempat.

Cik Buyung menggalinya, mendapatkan batu itu, dan kemudian mengasahnya. Batu akik Cempaka Merah itu kemudian menjadi terkenal dan dalam pameran, habis terjual dengan keuntungan yang sangat besar. Hidup Cik Buyung pun berubah, dari hanya seorang penangkap ikan yang susah, menjadi seorang perajin dan pengusaha batu akik.

Masih banyak lagi tulisan-tulisan menarik lainnya. Misalnya karya berjudul “Déjà vu?” yang sayangnya pada daftar isi tertulis “De Javu?”. Ini bercerita tentang seorang wartawan yang mencari data tentang Bengkulu dan peninggalan sejarahnya dari zaman Sir Thomas Stamford Raffles dengan benteng Marlborough-nya.

Secara lengkap, nama kontributor dalam kumpulan cerpen itu adalah Berthold Sinaulan, Cici Mulia Sary, Elsa Firda Yanti, Ganda Sucipta, Herman Suryadi, ira Diana, Nurni Chaniago, Rendi Fernanda, Septi Armayani, Serly Puji Lestari, dan Teddy Sanjaya. Lalu berikutnya, Tommy Alexander Tambunan, Yenni Fitria, Yopan Syahrial, Yospat Sudarso, Yovi Guantara Tanjung, Yulia Isratul Arini, dan Yusni Hidayat.

Mengingat latar belakang usia, pendidikan, dan pengalaman kerja, tiap penulis berbeda-bebda, maka kumpulan cerpen ini merupakan “kumpulan gado-gado” yang tetap nikmat disantap. Selamat membaca.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun