Sehari lagi, perhelatan besar yang bakal diikuti sekitar 25.000 anggota Gerakan Pramuka bakal digelar selama sepekan penuh di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. Acara bertajuk “Jambore Nasional ke-10 Tahun 2016” itu menurut rencana akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka pada 14 Agustus 2016 pagi hari.
Sampai pagi ini, 13 Agustus 2016, sudah lebih dari 80 persen peserta dari seluruh provinsi di Indonesia dan perwakilan organisasi kepanduan dari sejumlah negara sahabat, yang tiba dan mendirikan tenda-tenda mereka di Cibubur. Panitia pun telah siap menyambut para peserta, termasuk mengkordinir sejumlah kegiatan menarik.
Salah satu rombongan yang baru tiba di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. (Foto; ISJ)
Jambore Nasional atau disingkat
Jamnas adalah kegiatan lima tahun sekali untuk para Pramuka Penggalang yang berusia antara 11-15 tahun. Diselenggarakan dalam bentuk perkemahan besar, para peserta dapat mengikuti beragam kegiatan selama seminggu. Mulai dari upacara pembukaan, kegiatan teknologi, seni dan budaya, kegiatan perairan, keterampilan kepramukaan, wawasan, petualangan, dan wisata, sampai kegiatan dalam bentuk Global Development Village (GDV), suatu area dalam Jamnas yang membantu peserta mengenal dan mendalami isu-isu terkini yang sedang hangat dibicarakan secara global.
Area Global Development Village (GDV) dalam Jambore Nasional X-2016 yang sedang disiapkan. (Foto: ISJ)
Pada area GDV kali ini, terdapat 36 sanggar yang terbagi dalam empat zona, yaitu Zona Perdamaian, Lingkungan Hidup, Kesehatan, dan Zona Hak Asasi Manusia. Setiap zona memiliki beberapa sanggar yang memperkenalkan dan membahas isu-isu terkini, mulai dari isu perdamaian, bela negara, kerelawanan, bahaya narkoba, menghindari dan tidak melakukan perundungan (bullying), pentingnya hak asasi, sampai isu kesehatan seperti pencegahan penyakit menular, gaya hidup sehat, dan masalah-masalah lingkungan yang menyangkut upaya pelestarian, gawat darurat saat bencana alam, dan sebagainya.
Pemberi materi dan narasumber di area GDV terdiri dari pihak instansi atau organisasi yang memang menangani bidang yang dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu menambah wawasan peserta Jamnas, agar mereka mendapatkan informasi memang dari orang atau instansi dan organisasi yang benar-benar memahami masalahnya. Tidak simpang siur, dan tidak pula mendapatkan informasi yang menyesatkan.
Sebagian tenda peserta dalam Jambore Nasional X-2016. (Foto: ISJ)
Bersama kegiatan-kegiatan lainnya, Jamnas kali ini memang berusaha mengajak peserta yang mengikutinya menjadi “keren, gembira, dan asyik”, sesuai tema utama perkemahan besar itu. Terlebih lagi, Jamnas juga merupakan ajang persaudaraan antarPramuka. Kita bisa melihat Pramuka dari Aceh dan Papua bergandeng tangan, para Pramuka yang berlainan warna kulit, berbeda keyakinan agama, bahkan berbeda pula latar belakang kemampuan ekonomi keluarganya, semuanya menyatu dalam jambore.
Kerennya para peserta Jamnas yang selalu gembira dan asyik walaupun memiliki perbedaan masing-masing, juga bisa menjadi pelajaran penting bagi masyarakat luas, yang sebagian di antaranya masih selalu mengkotak-kotakkan dalam kelompok sendiri, dan bahkan terus-menerus bersikap tidak menerima kehadiran kelompok lain yang berbeda agama, suku, ras, maupun perbedaan lainnya.
Saling membantu membara perlengkapan untuk menyiapkan tenda di arena Jambore Nasional X-2016. (Foto; ISJ)
Jamnas kali ini, sebagaimana Jamnas sebelumnya, diharapkan dapat menjadi “potret Indonesia” yang sebenarnya. Beginilah sesungguhnya masyarakat Indonesia yang majemuk, berbeda-beda, tetapi satu tujuan. Seperti juga tujuan Jamnas yang sekaligus merupakan tujuan Gerakan Pramuka yaitu membentuk kaum muda yang berkarakter positif, manusia Pancasilais yang selalu bertakwa kepada Tuhan YME, setia kepada negara dan bangsa, siap menolong mereka yang membutuhkan, dan siap serta ikut membangun masyarakat.
Jamnas kali ini yang sekaligus merupakan peringatan Hari Pramuka ke-55 setelah berbagai organisasi pendidikan kepanduan di Indonesia disatukan dalam wadah Gerakan Pramuka pada 1961, diharapkan dapat pula menjadi penanda berkembangnya “generasi emas” Indonesia, yang pada 100 tahun peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2045, dapat menjadi pemimpin-pemimpin di semua lapisan masyarakat. Bahkan bukan tidak mungkin menjadi pemimpin negara ini juga, dengan menjadi Presiden Republik Indonesia yang bakal sekaligus menjadi Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka.
Foto-foto: Indonesia Scout Journalist (ISJ)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya