Mohon tunggu...
Berty Adirachya
Berty Adirachya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

Someone who really enjoys reading non-fiction books and learning music.In addition, I have started to delve into the art of writing accurate news articles. I have a strong enthusiasm for learning new things that can help me improve and become a better version of myself.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Asian Value dan Human Rights dalam Politik Dinasti: Antara Hak Asasi dan Keadilan Sosial

7 Juni 2024   06:25 Diperbarui: 7 Juni 2024   06:25 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : X (Redesigned by the author)

Istilah "Asian Value" tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet. Fenomena ini mencuat setelah podcast Total Politik mengundang Pandji Pragiwaksono sebagai bintang tamu dan membahas tentang politik dinasti. Istilah ini kemudian ramai digunakan oleh warganet di media sosial seperti X (sebelumnya Twitter), Instagram, hingga TikTok, bahkan muncul dalam bentuk meme. Anies Baswedan turut merespons istilah ini melalui unggahannya di akun X.

Apa Itu Asian Value?

Asian Value adalah serangkaian nilai yang diperkenalkan pada akhir abad ke-20 oleh sejumlah pemimpin di Asia, terutama di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut britannica.com, para pendukung nilai-nilai Asia mengklaim bahwa kecepatan perkembangan ekonomi Asia Timur setelah Perang Dunia II disebabkan oleh kesamaan budaya masyarakatnya, khususnya warisan Konfusianisme. Konfusianisme, yang berasal dari Tiongkok kuno, dapat digambarkan sebagai tradisi, filsafat, agama, teori, pemerintahan, atau cara hidup.

Pendukung Asian Value percaya bahwa prinsip-prinsip politik Barat, yang mendorong individualisme dan legalisme, tidak sesuai dengan budaya Asia Timur. Mereka berpendapat bahwa nilai-nilai Barat dapat merusak tatanan sosial dan menghancurkan dinamisme ekonomi. Nilai-nilai yang sering dikutip sebagai Asian Value meliputi disiplin, kerja keras, berhemat, prestasi akademik, keseimbangan antara kebutuhan individu dan masyarakat, serta penghormatan terhadap otoritas.

Asian Value dalam Konteks Politik Dinasti

Dalam episode Total Politik yang ditayangkan di YouTube pada 4 Juni 2024, salah satu host, Arie Putra, menyatakan bahwa politik dinasti adalah bagian dari Asian Value dan Human Rights (Hak Asasi Manusia). Menurut Arie, politik dinasti adalah hak warga negara, dan ia mengaitkannya dengan nilai-nilai Asia yang ia anut. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi karena banyak yang berpendapat bahwa politik dinasti menghambat demokrasi dan sarat dengan perilaku korupsi.

Pandji Pragiwaksono, yang hadir sebagai bintang tamu, menyanggah pandangan Arie dan menekankan pentingnya menjaga kehormatan HAM dalam ranah politik. Pandangan Arie Putra pun menuai kritik dari para penonton podcast, yang menyatakan bahwa pemenuhan hak individu harus mempertimbangkan hak-hak orang lain, terutama dalam konteks politik, karena keputusan politik berpotensi memengaruhi banyak orang.

Kritik Terhadap Asian Value

Asian Value tidak luput dari kritik. Dalam jurnal European Journal of Humanities and Social Sciences (2023), Yuniarti dan Rendy Wirawan menyebut bahwa nilai-nilai Asia sering disalahgunakan untuk melanggengkan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mereka berpendapat bahwa sistem politik dan birokrasi di negara-negara Asia, baik yang demokratis maupun otoriter, turut serta dalam menciptakan masyarakat korup deng an memanfaatkan nilai-nilai Asia. Praktik korupsi ini sering kali disembunyikan di balik nilai-nilai budaya seperti pemberian hadiah, sehingga sulit dilacak dan diklasifikasikan sebagai tindakan korupsi.

Apa Itu Human Rights?

Human Rights atau Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang menentukan standar perilaku manusia, dan dilindungi dalam hukum substantif, hukum kota, dan hukum internasional. Menurut situs Australian Human Rights Commission, HAM dipahami sebagai hak-hak dasar yang tidak dapat dicabut dan melekat pada semua manusia, tanpa memandang usia, asal etnis, lokasi, bahasa, agama, atau status lainnya. Hak-hak ini bersifat universal dan egaliter, membutuhkan empati dan supremasi hukum, serta memberikan kerangka kerja untuk memastikan bahwa semua individu diperlakukan dengan bermartabat dan hormat.

 Respon Warganet dan Tokoh Publik

Warganet merespons istilah Asian Value dengan beragam ekspresi, termasuk melalui meme. Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, juga merespons istilah ini dengan mengunggah foto di akun X-nya, sambil memegang segelas kopi hitam dan menuliskan, "Kopi tubruk adalah human right. Minum kopi tubruk pagi, siang, sore, malam adalah Asian value. Jangan tubruk yang lain...". Sementara itu, Pandji Pragiwaksono mengunggah meme dua superhero, Spiderman dan Batman, yang termenung di bawah rintik hujan, dengan tulisan, "Pantesan kejahatan di sini merajalela... kita tidak punya Asian Value."

Kontroversi ini menunjukkan bahwa perdebatan tentang Asian Value tidak hanya soal budaya dan ekonomi, tetapi juga berkaitan erat dengan praktik politik dan hak asasi manusia. Meskipun Asian Value mengandung nilai-nilai positif, penggunaannya dalam konteks politik dinasti dan korupsi menimbulkan banyak pertanyaan dan kritik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun