Aktivis Korea Selatan kembali mengirim balon berisi K-pop dan K-drama dalam bentuk USB ke Korea Utara pada hari Kamis. Tindakan ini dilakukan beberapa hari setelah Korea Utara mengirim balon berisi sampah dan "kotoran" ke Korea Selatan.
Kelompok aktivis Fighters for a Free North Korea (FFNK) meluncurkan 10 balon raksasa pada dini hari Kamis pagi. Video menunjukkan balon-balon tersebut terbang menjauh, beberapa membawa poster raksasa yang terlihat dari jauh sementara yang lain membawa paket plastik lebih kecil. Di dalam paket tersebut terdapat 200.000 selebaran yang mengutuk pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, 5.000 USB berisi video musik dan acara televisi Korea Selatan, serta ribuan uang kertas satu dolar.
"Musuh rakyat, Kim Jong Un, mengirimkan kotoran dan sampah kepada rakyat Korea Selatan, tapi kami para pembelot mengirimkan kebenaran dan cinta kepada sesama warga Korea Utara!" demikian tulisan dalam poster yang dikirim kelompok itu.
Pengiriman balon propaganda ini merupakan balasan setelah Korea Utara mengirim balon berisi sampah, tanah, potongan kertas, plastik, dan tinja ke Korea Selatan pada pekan lalu. Pyongyang mengklaim telah mengirim total 3.500 balon yang membawa 15 ton sampah ke tetangganya, menurut media negara KCNA, mengutip Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara Kim Kang Il.
Balon-balon tersebut mulai mendarat di Korea Selatan minggu lalu, mengganggu penerbangan sementara dan mendorong pihak berwenang untuk memperingatkan warga agar tetap di dalam rumah. Hingga hari Senin, militer Korea Selatan telah menemukan sekitar 1.000 balon. Insiden ini menyebabkan Korsel menangguhkan perjanjian militer yang disepakati pada 2018 dengan Korea Utara.
Pemimpin FFNK, Park Sang-hak, seorang pembelot Korea Utara yang melarikan diri ke Selatan bertahun-tahun yang lalu, menggambarkan materi yang mereka kirim sebagai "surat kebenaran dan kebebasan." Park mengingat saat berada di alun-alun umum pada tahun 1992 ketika "Saya mendengar suara balon besar di langit. Benda bulat ini tiba-tiba meletus dengan suara keras, kemudian selebaran jatuh dari langit. Saya tahu saya tidak seharusnya melihat hal-hal tersebut, jadi saya memasukkan salah satu ke dalam saku dan pergi ke kamar mandi untuk memeriksanya."
Selebaran yang dia ambil berisi cerita tentang para pembelot Korea Utara dan pelarian mereka, beberapa di antaranya melintasi China sebelum menuju ke Korea Selatan. Delapan tahun kemudian, Park melarikan diri dari Korea Utara, tiba di Korea Selatan pada tahun 2000, dan memulai misinya untuk mengirim balon melintasi perbatasan pada tahun 2006.
Selebaran yang dia kirimkan membawa informasi tentang keluarga Kim, termasuk pembunuhan saudara tiri pemimpin Kim Jong Nam, serta buklet tentang perkembangan ekonomi dan politik Korea Selatan, termasuk foto bandara utama Seoul dan jet tempur negara tersebut. "Korea Selatan bukan koloni Amerika atau tanah kosong kemanusiaan seperti yang saya pelajari di Korea Utara," katanya kepada CNN pada hari Rabu. "Kami mengirim uang, obat-obatan, fakta, kebenaran, dan cinta, tetapi untuk mengirimkan kotoran dan sampah sebagai balasan? Itu adalah tindakan yang tidak manusiawi dan biadab."
Sementara itu, beberapa warga Korea Selatan yang tinggal di dekat perbatasan kini merasa cemas. "Saya hidup melalui Perang Korea dan kesulitan lainnya, dan saya khawatir... Bagaimana jika kita mengalami perang lagi?" kata Song Kwang-ja, seorang penduduk kota Yongin berusia 84 tahun. "Itu mengingatkan saya pada masa lalu. Saya masih merinding memikirkan dan membicarakannya," katanya, menambahkan bahwa balon-balon tersebut "terasa seperti lelucon anak-anak."
Insiden ini juga memperburuk hubungan yang sudah tegang antara kedua negara. Korea Selatan mengumumkan minggu ini bahwa mereka akan melanjutkan "semua aktivitas militer" di dekat garis demarkasi, menangguhkan perjanjian tahun 2018 yang ditandatangani oleh kedua negara pada saat hubungan relatif hangat.