Bridge Kedepan?
Bagimana Sebaiknya Model KejurnasOleh : Bert Toar Polii
Sejak pandemi covid 19 sampai saat ini praktis Kejurnas Bridge tidak terselenggara kecuali Solo 2022 dan PRA-PON Palembang 2023.
Padahal biasanya ada penyelenggaraan Kejurnas Bridge Antar Gabungan dan Antar Propinsi serta Antar Klub.
Ide penulis yang disampikan di Kejurnas Bridge Lubuk Linggau 2016 untuk menggabungkan Kejurnas Bridge Antar Gabungan, Provinsi dan Antar Klub disetujui malah digabung dengan Kejurnas Bridge Pelajar dan Mahasiswa tahun 2017 di Sidoardjo.
Semua mengakui bahwa inilah Kejurnas Bridge Terbesar sepanjang sejarah Gabsi.
Problem untuk mengulang kembali Sidoardjo 2017 terkendala karena tidak banyak kota yang punya fasilitas tempat pertandingan sebesar di Sidoardjo.
Mengingat hal diatas, sebaiknya untuk Kejurnas Bridge kedepan dirubah konsepnya serta mengurangi hari pertandingan demi penghematan biaya baik penyelenggara maupun peserta.
World Bridge Federation telah mendahului dengan  merubah jadwal Kejuaraan Dunia Bermuda Bowl, Venice Cup, d'Orsi Cup dan Wuhan Cup dengan mengurangi 2 hari pertandingan. Jadwal biasanya babak penyisihan 8 hari @ 3 session per hari karena sesuai aturan diikuti 24 negara pemenang zone sesuai quota. Babak penyisihan bermain setengah kompetisi. Final diadakan 6 hari termasuk transnational event. Sekarang jadwalnya menjadi 6-6 dengan resiko bermain 4 session sehari babak penyisihan kecuali hari terakhir, Ini untuk mengurangi biaya peserta.
Meniru ini, penulis mengusulkan agar Kejurnas Bridge baik Antar Kabupaten/Kota dan Antar Klub dijadikan satu saja. Hanya saja Antar Klub dirubah menjadi Indonesia Open sehingga peserta dari luar negeri bisa ikut.
Kejurnas Antar Kabupaten/Kota dan Propinsi diselenggarakan secara bersamaan tapi tidak ada lagi yang diwakili 2 tim. Semua baik Kabupaten/Kota dan Propinsi hanya boleh mengirimkan 1 tim.