Finesse Yang Tidak Normal
Oleh : Bert Toar Polii
Saat ini dengan kemajuan teknologi banyak membantu para penggemar bridge terutama yang tinggal di daerah dimana penggemar bridgenya sedikit.
Saya ingat ketika mulai belajar bridge sekitar akhir tahun 1970 di kampung saya Tondano untuk mengumpulkan 4 orang saja sulitnya setengah mati.
Belum lagi mencari literatur yang menulis tentang olahraga ini, seperti mencari jarum ditumpukan Jerami. Kalaupun ada lebih banyak yang berbahasa Inggeris sehingga butuh kamus atau teman yang pintar untuk menterjemahkan.
Sekarang hal ini bukan menjadi masalah lagi. Kekurangan lawan main tinggal daftar di platform Bridge Base Online (BBO) atau yang sejenis maka lawan langsung tersedia dan siap 24 jam sehari. Selain kemudahan didapat juga gratis alias tidak perlu bayar hanya butuh pulsa.
Literatur bridge sekarang tersedia dimana-mana dan bisa didapat dengan mudah. Masalah Bahasa juga teratasi karena ada "paman google" yang siap membantu menterjemahkan untuk kita.
Tulisan saya yang menggunakan Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan dengan mudah dan dimuat di page World Bridge Federation-Youth. Padahal saya tahu persis yang menterjemahkan tidak bisa berbahasa Indonesia.
Neapolitan Club dari Italia juga membagi tulisan saya ber Bahasa Indonesia di lamannya dan masih banyak lainnya.
Melihat aktifitas para penggemar bridge sejak pandemic covid-19 saya yakin setelah ini lewat akan banyak muncul muka baru di berbagai turnamen bridge yang mungkin prestasi mereka bisa mengejutkan.