Mohon tunggu...
Berti Khajati
Berti Khajati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumni IKIP Muhammadiyah Purworejo (1998) dan SPs UHAMKA Jakarta (2021) menulis puisi, cerpen, pentigraf, cerita anak dan artikel nonfiksi lainnya bersama berbagai komunitas literasi di dalam dan luar negeri, mengabdi sebagai Kepala Sekolah di SDN Samudrajaya 03 Tarumajaya - Kab. Bekasi. Mempunyai quote "Filternya ada di dalam jiwa."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadhan Ini Aku Pulang, Mak

18 Agustus 2020   12:03 Diperbarui: 18 Agustus 2020   12:04 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ramadhan ini aku pulang, Mak."

SMS pendek yang dikirim Ruji dibaca berulang kali oleh Mak Srinah. Sudah lama Ramadhan berlalu tanpa Ruji. Janda setengah tua yang tinggal sendirian itu berusaha memahami alasan Ruji bertahan di perantauan. Bos tidak memperbolehkan aku pulang, kata Ruji selalu. Setiap akhir pekan Ruji selalu menelpon emaknya untuk mengabarkan keadaannya sekaligus menanyakan kesehatan emaknya.

Bekerja di Jakarta bagi orang kampung seperti Ruji butuh perjuangan. Ruji lebih sering menganggur daripada bekerja, sehingga uang yang diperoleh harus dihemat. Meskipun teman-temannya pulang ke kampung masing-masing hampir setiap tahun, Ruji memilih tetap di Jakarta. Biasanya bos memberikan pekerjaan yang menjadi tugas teman yang pulang kampung kepada Ruji. Begitulah yang dijalani selama ini, hingga tahun ini Ruji meminta izin khusus kepada bosnya untuk pulang kampung.

Di stasiun kereta Pasar Senen, bawaan Ruji cukup banyak. Di dalamnya ada baju lebaran untuk emak titipan dari bosnya. Perjalanannya kali ini terasa mendebarkan, mungkin karena untuk pertama kalinya Ruji pulang setelah lima tahun merantau ke Jakarta.

"Breaking News" dari salah satu televisi swasta tak henti menyiarkan kecelakaan kereta yang tertimbun longsor di terowongan Ijo. Hujan deras yang mengguyur sepanjang malam tak mampu menahan guguran tanah yang mulai merekah karena kemarau panjang. 

Ruji tersekap dalam kegelapan yang tiba-tiba menyergap. Seluruh penumpang mendadak kehilangan kata. Malam yang merambat menjadi saksi runtuhnya terowongan legendaris yang selalu dilintasi kereta jalur Pasar Senen - Kutoarjo.

"Mak Sri, Ruji pulang naik apa?" tanya Pak Mijan ketua RT. Mak Sri tidak tahu karena memang Ruji tidak mengabarkan lebih rinci tentang kepulangannya. Ruji hanya mengabarkan Ramadhan tahun ini dia akan pulang agar bisa berlebaran bersama emak. "Yang sabar, Mak"

Mak Sri agak bingung ketika RT Mijan mulai sibuk mengumpulkan warga untuk membuat tratak di depan rumah Mak Sri. Tetangga kanan-kiri mulai berdatangan dan membersihkan tempat yang perlu dipersiapkan. Semua membicarakan tentang "breking nyus" yang disiarkan di televisi sejak semalam. 

Mak Sri tidak paham kenapa menjelang kepulangan Ruji tiba-tiba rumahnya ramai seperti hajatan. Bedanya Mak Sri tidak mengerti apa yang dihajatkan. RT Mijan hanya berpesan kepada orang-orang untuk menjaga dan menemani Mak Sri selama dia pergi ke rumah sakit.

Suara sirine meraung-raung. Mobil ambulans melaju cepat menuju rumah Mak Sri. Mak Sri baru menyadarinya. Ternyata SMS Ruji mengabarkan kepulangannya adalah SMS terakhir. Dibacanya SMS Ruji dengan air mata berlinang dan segenggam kepasrahan, "Ramadhan ini aku pulang, Mak."

Dan selepas mengantarkan Ruji tidur abadi di ranjang bumi, Mak Sri kembali sendiri. Bedanya, kini tak ada lagi Ruji yang dinantikan kabarnya. Ramadhan ini Ruji sudah pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun