Mohon tunggu...
Berti Khajati
Berti Khajati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumni IKIP Muhammadiyah Purworejo (1998) dan SPs UHAMKA Jakarta (2021) menulis puisi, cerpen, pentigraf, cerita anak dan artikel nonfiksi lainnya bersama berbagai komunitas literasi di dalam dan luar negeri, mengabdi sebagai Kepala Sekolah di SDN Samudrajaya 03 Tarumajaya - Kab. Bekasi. Mempunyai quote "Filternya ada di dalam jiwa."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nyorog, Tradisi Wajib bagi Keluarga Betawi di Wilayah Tarumajaya Bekasi

5 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 5 Mei 2019   15:03 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Meskipun sudah belasan tahun tinggal dan bergaul dengan penduduk asli Betawi di wilayah kecamatan Tarumajaya kabupaten Bekasi, saya masih sering terkaget-kaget dengan budaya Betawi yang sudah turun-temurun di daerah ini. 

Kemarin, hari terakhir masuk kerja sebelum libur awal Ramadhan, rekan sekerja saya dengan penghasilan standard seperti saya sempat melontarkan keluhan bahwa awal bulan puasa dan lebaran merupakan beban berat baginya. Bagaimana tidak? Awal puasa adalah waktunya anak dan menantu melaksanakan kewajiban nyorog semua orang tua dan mertua. Bentuk sorogan pun bukan sekedar kue-kue atau makanan sekedarnya, namun telah menjadi aturan umum keluarga Betawi di wilayah itu. 

Nyorog adalah kewajiban anak dan menantu untuk memberikan hantaran kepada orang tua dan mertua. Bagi keluarga Betawi di wilayah Tarumajaya, budaya ini telah menjadi bagian hidup mereka sejak zaman nenek moyang. Ukuran sorogan yang harus dipenuhi pun tak tanggung-tanggung. Pada tahap pertama sebelum masuk bulan puasa, anak dan menantu harus mengantarkan barang-barang keperluan memasak sebagai persiapan menyambut Ramadhan. Bentuknya biasanya berupa beberapa kilogram daging sapi lengkap dengan bumbu-bumbu serta bahan makanan lain.

Semakin mendekati Hari Raya Idul Fitri,  anak dan menantu wajib menyediakan sorogan lain berupa perlengkapan untuk menyambut lebaran seperti paket kue-kue, sirup, dan tak ketinggalan baju lebaran yang akan dipakai oleh orang tua dan mertua. Ketika bulan Ramadhan mencapai akhir, kembali anak dan menantu harus menyorog daging beserta bumbu dan bahan kebutuhan lain untuk menyambut lebaran. 

Mungkin bagi keluarga Betawi asli dengan penghasilan yang baik, tradisi tersebut tidaklah menjadi beban dan bisa dilaksanakan sebagai perwujudan rasa cinta dan peduli seorang anak dan menantu kepada orang tua dan mertua. Namun bagi keluarga yang berpenghasilan pas-pasan seperti pada kasus rekan saya tersebut di atas, alangkah baiknya budaya ini disesuaikan dengan kemampuan keluarga anak dan menantu sehingga pelaksanaan tradisi positif tersebut tetap menyimbolkan hubungan kasih sayang yang erat antara anak dan orang tua namun tetap mempertimbangkan kemampuan agar tidak menjadi beban berat bagi si anak dan menantu. 

Wallahua'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun