Mohon tunggu...
Berti Khajati
Berti Khajati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumni IKIP Muhammadiyah Purworejo (1998) dan SPs UHAMKA Jakarta (2021) menulis puisi, cerpen, pentigraf, cerita anak dan artikel nonfiksi lainnya bersama berbagai komunitas literasi di dalam dan luar negeri, mengabdi sebagai Kepala Sekolah di SDN Samudrajaya 03 Tarumajaya - Kab. Bekasi. Mempunyai quote "Filternya ada di dalam jiwa."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menggenggam Harapan, Menyetir Kenangan yang Mampir

4 Mei 2019   07:39 Diperbarui: 4 Mei 2019   07:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kudatangikau, saat mimpi malam memeluk pagi mencium dini
menjual kisah lampau dengan imbalan angpao
mengungkap fakta-fakta cinta lama
bapak bangsa yang tega menyelingkuhi Pertiwi
kisah anak-anak negeri yang menjadi anak tiri
menjual panji-panji negeri di sela-sela sumpah mati

Ketika matahari bergerak genit di tanjakan zenith
anak-anak lahir tanpa tanah warisan
yang telah digadaikan oleh bapak-bapaknya
yang silau termanja memperebutkan singgasana
raungnya mengejar bayangan di lorong masa
anak-anak zaman bernyanyi di kuadran maya

Aku ingin kembali ke masa berjejak mimpi
kala padi bunting masih menguning
menghuni lahan persawahan di sisi pematang
kuletakkan harapan pada garis cakrawala usia
mungkin hanya kronologi tanpa isi
menggantung rasa, tersemat di dada cakrawala

Kubukukan kisah masa lalu, menukar harapan masa depan
dengan wawancara maya tentang kisah duka lara
sawah-sawah yang telah berubah wajah
ladang-ladang yang menjelma lahan tambang
dan wajah legam yang tergusur sepuhan aroma logam
payudara Pertiwi tak mampu lagi menutrisi

Bekasi, 4 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun