Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

S.O.S: Elpiji, Pemerintah Perlu Nyatakan KLB?

20 Juli 2010   13:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:43 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Gambar ilustrasi diunduh dari BBM oleh Daniel HT| Kejadian ledakan elpiji 3 kg dan korban, semestinya segera ditetapkan sebagai suatu keadaan luar-biasa atau KLB. Masyarakat berhak mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi dengan program yang dicetuskan mantan Wapres Jusuf Kalla, sekarang Ketua PMI (Palang Merah Internasional Indonesia), yang beberapa kali tampil di publik mengatakan, ledakan terjadi karena faktor kelalaian manusia. Pemerintah sejauh ini belum menyatakan sikap resmi terkait kenyamanan program alih (konversi) hemat minyak tanah dengan gas (yang murah dan aman). Peristiwa hadirnya seorang ibu dari Surabaya dan puteranya Ridho ke Istana, tentu bukan untuk mencari sensasi murahan, tetapi tentang suatu program yang sedang dalam ambang kritis dinyatakan gagal, bila tidak setiap hari media masih melaporkan kejadian nan mengerikan penggunaan gas elpiji 3 kg.

Seorang pemerhati akan niat baik pemerintah tentang hemat BBM dengan gas elpiji ini Daniel HT menulis sarkasme panjang, tapi alinea yang penting berbunyi, "Kesuksesan uji-coba bom elpiji 3 kg buatan Indonesia ini telah menarik perhatian beberapa negara yang kemungkinan besar akan memesannya.Selain itu konon kabarnya juga menarik perhatian Osama bin Laden, yang bahkan sudah memesan beberapa ton, tetapi langsung ditolak pemerintah. Karena pemerintah kita yang baik ini tentu saja tak sudi untuk menjualnya kepada teroris. Meskipun uji-coba yang dilakukannya itu sendiri sebenarnya mirip teroris juga."

Reaksi masyarakat dalam bentuk tertulis hingga aksi menggantung gas elpiji 3 kg di pohon mangga di salah-satu kabupaten di Jawa Timur, dan pelbagai aksi lainnya, mestinya telah mendapat tanggapan seimbang dari Pemerintah. Karena, ketika mengkampanyekan atau mempropagandakan gas elpiji yang murah dan aman, rakyat tampak "dipaksakan" menerima progam elpiji yang, maaf, konon dianggap "Lebih cepat mengganti minyak tanah dengan gas elpiji, akan lebih baik!"

Daniel masih melanjutkan sarkasmenya dengan kalimat, "Yang disayangkan adalah rupanya pemerintah kita ini belum juga merasa PD (percaya-diri), meskipun ledakan-ledakan itu telah sukses. Buktinya, uji coba tersebut kelihatannya belum ada tanda-tandanya berhenti. Ledakan-ledakan elpiji 3 kg itu rupanya masih akan terus berlangsung."

Masyarkat berharap bahwa Pemerintah secara elegan dapat menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, teristiwa mereka yang menjadi korban langsung dari gas elpiji. Masyarakat berhak untuk mengetahui kebijakan lanjutan dari Program Konversi Minyak Tanah dengan Gas (yang aman dan murah). Lebih dari itu, akan lebih elegan bila Pemerintah, jika sungguh perduli, menetapkan program tersebut segera dievaluasi kembali dan menyatakan KLB untuk penggunaannya. Ini situasi S.O.S, setidaknya bagi mereka yang elpiji 3 kg belum bisa diganti dan terpaksa diinap sebagai mortir yang diam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun