Langsung atau tidak, kewaspadaan pemerintah terhadap bergulirnya nada sumbang bisnis Sawit dunia, terlebih yang telah dipermasalahkan kelompok Green Peace dengan tata kelola alam Indonesia dengan produksi kelapa sawit, berhembuslah isu Kelapa (lokal) yang dianggap telah ditelantarkan sebagai salah satu produk unggulan yang, tidak bisa tidak, mendapat perhatian masyarakat dan pemerintah.
Departemen Pertanian telah berinisiatif menyelenggarakan pertemuan tiga hari (25-27/05/2010) di Manado yang sering disebut juga sebagai Bumi Nyiur Melambai. membahas pentingnya mendorong kelapa sebagai salah satu jenis tumbuhan yang hanya hidup di negara sub-tropis dan Indonesia adalah negara dengan luas areal kelapa nomor utama di dunia, yakni sekita 3,8 juta hektar, sementara Filipina yang telah maju dalam teknologi pengembangan kelapa memiliki 3,1 hektar.
"Kalau membicarakan kelapa hanya dengan mebatasi pada minyak saja, maka kelapa akan kalah bersaing dengan 'saudaranya' kelapa sawit. Kelapa memiliki manfaat yang luar biasa, dengan pelbagai kelebihannya, justeru diarahkan untuk produk turunan makanan, seperti air kelapa menjadi minuman isotonik, cokelat, selai, mentega, pasta gigi, hingga menjadi alternatif nomor utama susu terbaik pengganti susu sapi," demikian wamen Industri Prof. DR. Alex Retraubun yang hadir sebagai salah-satu keynote-speaker, menghembuskan isu dan manfaat mengelola produk kelapa.
Pentingnya kelapa mulai menjadi perhatian Departemen Pertanian dan Perindustrian dalam kerangka mendorong isu reindustrialisasi, termasuk kelapa sawit, agar Indonesia membiasakan diri mengekspor produk-produk dengan added-value lebih baik, dan tidak boros dengan mengekspor raw-material yang pada akhirnya berdaya nilai ekonomi yang cenderung minim dan boros sumber daya alam. Dari Manado, isu kelapa melambai-lambai minta diperlakukan istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H