Beberapa waktu belakangan teringat pada sosok Aa Gym. Pendakwah, penulis buku dan motivator itu masih lekang dalam bayang saya mencari figur generasi muda, yang ketika bicara dan mendakwah syiar agama dari Kitab Suci, mata dan hati para jema'ahnya dibawa jauh ke bawah alam sadar relijiusitas yang dalam. Syiar keagamaan keimanan Aa Gym itu begitu luhur, dan karenanya didengar jema'an Muslim, tetapi juga menggetarkan hati kaum non-Muslim untuk mengambil hikmah universal yang dikumandangkan dalam kebajikan syiarnya.
Aa Gym atau Yan Gymnastiar lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Februari 1962, atau berumur 48 tahun. Aa Gym adalah pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung. Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Penulis: "Aa, saya hanya ingin sebentar saja mengganggu. Tidak sedikit orang yang merasa kehilangan Aa, setelah sudah sangat jarang muncul untuk berdakwah!"
Aa G: "Ah, masa. Berlebihan kamu!"
Penulis: "Saya, setidaknya, satu di antara orang-orang itu!"
Aa G: "Kamu dari jema'ah mana?"
Penulis: Mohon maaf, Aa. Saya pendengar setia Aa dari non-Muslim!
Aa G: "Wah, lebih genit lagi ini kamu!"
Penulis: "Aa, jujur hati, kalau Aa sedang berdakwah, tidak sedikit kaum non-Muslim yang mendengar pesan keterbukaan yang Aa sampaikan!"
Aa G: "Wah, syukurlah. Harap tidak ada larangan atau Fatwa, bahwa kaum non-Muslim tidak boleh mendengar dakwah atau ceramah reliji yang saya sampaikan!"
Penulis: "Apa itu mungkin Aa?"