Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Aroma Arogansi Pelatih Tim Piala Dunia

5 Juli 2010   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:04 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Arogansi menempel erat dengan para pelatih Tim piala dunia. Sikap yang ada sebelum, sementara hingga usai suatu laga berlangsung. Memang, kalau beberapa pemain kadang dicap pelatih sebagai arogan, amat mungkin disetujui sekaligus dimaklumi. Tetapi, dunia sangat tidak siap dan sulit menerima arogansi yang justeru hidup dalam diri beberapa pelatih sepak bola dunia.

Para pelatih yang paling disorot media adalah Fabio Capello, Marcelo Lippi, Raymond Domenech, Carlos Dunga hingga pelatih 'baru' Diego Armando Maradona. Mereka menjadi buah bibir media dan masyarakat penggila bola, karena pola tingkah laku yang tidak bersahabat baik dengan pemain, media, hingga antar pelatih sendiri. Arsene Wenger adalah sisi arogansi pelatih lainnya yang arogansinya terhadap Tim dan pemain sangat halus ditampakkan.

Fabio Capello dan Tim Inggris memberi contoh arogansi sempurna terhadap media bagaimana 250 jurnalis media dari manca-negara merasa disepelekan. Mereka kemudian mengkritik pedas arogansi Capello dan Tim Inggris yang hanya memberikan waktu 5 menit kepada media dengan 8 pertanyaan yang sudah diberikan kepada wartawan Inggris, Kejadian menjelang pertandingan Inggris lawan Jerman itu membuat berang kuli tinta.

Arogansi Capello dalam pemilihan tim Piala Dunia Inggris mendapat kecaman, mengingat digugurkannya beberapa pemain antara lain Theo Walcott dan Daren Bent menjelang penentuan Tim Inggris. Mungkin Capello paling bertanggung-jawab dan harus memilih sesuai keyakinannya. Tetapi, arogansi Capello telah terlanjur menjadi citra bagi sebagian penggila bola Tim Inggris.

Marcelo Lippi, Raymond Domenech, Carlos Dunga maupun Diego Maradona memiliki catatan tidak lebih baik hal pemilihan pemain. Carlos Dunga telah dipecat pengurus Bola Brasil setelah Brasil dikalahkan Belanda. Ini ada kaitannya dengan ketidak-puasan hasil buruk yang dicapai Tim Samba yang negaranya menjadi calon piala dunia berikut. Dunga dianggap memiliki sentimen kepada beberap pemain Brasil seperti Ronaldinho, Ronaldo, ataupun pemain muda Pato yang dibiarkan tidak menjadi gambaran Tim Brasil. Pato memang mengalami cedera, tetapi tidak ada alasan untuk tidak memasukkannya kedalam Tim Brasil.

Maradona dianggap sejak awal menentang arus suara umum di Argentina dengan memilih Tim yang ia kehendaki, termasuk hingga mantunya untuk masuk Tim Tango. Satu yang paling fatal adalah menetapkan kiper piala dunia Argentina Sergio Romero kiper dari AZ Alkmaar. Kiper berusia 23 tahun itu dianggap belum berpengalaman dibanding yang lain. Meski demikian, tampaknya pendukung Tim Tango menganggap bisa mencapai 8 besar piala dunia sebagai sebuah prestasi., maka mereka masih menyambut Masherano dan Maradona dengan dukungan meriah.Maradona pun telah memberi isyarat mengundurkan diri sebagai pelatih nasional Argentina.

Skandal arogansi Domenech setelah berselisih paham dengan Nicholas Anelka dan akhirnya harus menindak Patrice Evra Sang kapten Tim Ayam Jantan Perancis adalah contoh sempurna hilangnya sportifitas seorang pelatih. Demenech juga kemudian tidak menunjukkan sportifitas ketika ia hendak disalami pelatih Afsel Carlos Pareira. Domenech menolak uluran-tangan Pareira karena dianggap pernah memberi komentar menyakitkan perihal turut sertanya Tim Ayam Jantan karena kontroversi gol Thierry Henry.
Arogansi Pelatih dan Arogansi Pemain

Apa yang dikatakan Dino Zoff dan Paulo Rossi, keduanya mantan pemain Tim Azzuri Itali, kepada Marcelo Lippi adalah salah satu gambaran yang dilakukan Dunga, Domenech dan Maradona. “Saya pikir Lippi tidak bisa membiarkan dirinya bersikap arogan. Publik memiliki hak untuk meminta pemain, dan semua tergantung Anda sebagai pelatih untuk memutuskan,” ujar Zoff kepada Radio Radio.

Striker legendaris Italia, Paolo Rossi ikut menyalahkan Pelatih Marcello Lippi atas kegagalan “Gli Azzurri” di Piala Dunia 2010. Menurut Rossi, Lippi terlalu arogan dan salah memilih pemain. Rossi kecewa dengan pemain yang dibawa Lippi ke Afrika Selatan. “Lippi salah karena agoran dan itu terbukti menjadi sebuah bencana,” kata pahlawan kemenangan Italia pada Piala Dunia 1982 itu.

Bert van Marwijk adalah salah satu pelatih, kebetulan saja dari Tim Oranje Belanda yang masih bertahan yang mengatakan hal sebaliknya. “Saya tidak ingin pemain arogan dan tinggi hati. Saya sudah mengatakan hal ini sejak saya menjadi pelatih kepala dua tahun lalu," kata Van Marwijk.

Dalam mempersiapkan diri menghadapi Uruguai, kesebelasan benua Amerika yang tersisa, "Saya sudah mengatakan 100 ribu kali bahwa bila kami sombong, dan kadang hal itu bisa kembali kepada kami, dan saya sudah mengatakan kepada pemain saya sejak hari pertama dan kami tak boleh terperangkap dalam jebakan ini," tandasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun