[caption id="attachment_175163" align="alignleft" width="300" caption="Salim Hutadjulu (kedua dari kiri, semi jas hitam), diapit Johny Budiono (pemerhati Malari) dan Linda Djalil. Isteri Salim (paling kanan, bergaun biru) dan kerabat."][/caption]
Sekali ini, aktivis Malari 1974 Salim Hutadjulu (bukan Hutajulu) protes keras atas komentar Faizal Assegaf, seorang aktivis mahasiswa 1998 dan pewarta jurnalisme warga blog Kompasiana. Faizal sebenarnya memberi komentar, "..wah kelompok pro Neolib reuni ", atas sebuah status FB dengan foto praktisi hukum senior Todung Mulya Lubis dan mantan wartawan Tempo Linda Djalil (Senin, 16/4). Namun, komentar Faizal diduga terkait artikel Kompasiana (16/4) berjudul, “Tentang Salim Hutajulu: ‘Ini Aktivis Malari, bukan Politisi FB, Bung!”
“Dengan komentarnya, Faizal Assegaf merendahkan perjuangan pemuda dan mahasiswa dalam Peristiwa Malari 1974”, demikian ujar Salim dengan nada tinggi, pada dua kesempatan berbeda kemarin (Senin, 16/4) dan hari ini (Selasa, 17/4).
Sikap Salim Hutadjulu terkait komentar Faizal Assegaf pada artikel tersebut yang merupakan bentuk reportase yang memberi konteks dan mengapresiasi semangat mahasiswa dan pemuda dalam Peristiwa Malari, di mana Salim Hutadjulu adalah salah satu pelaku sejarah dan korban dari peristiwa Malari. Salim bahkan terus tampil sebagai aktivis hingga kegiatan turun jalan memprotes rencana kenaikan harga BBM Maret 2012.
“Saya hanya memprotes keras bagian di mana Peristiwa Malari tampak dipandang remeh. Ini kan namanya manusia ahistoris!”, tutur Salim, yang menyatakan akan mempertimbangkan langkah lebih lanjut terhadap sikap Faizal Assegaf, setelah mendapat masukan dari teman-temannya.
Nebeng Komentar Liem Siok Lan?
Komentar Feizal Assegaf yang lain terhadap Sri Mulyani Indrawati (SMI) juga, dianggap beberapa orang hanya ‘numpang’ berani pada seorang wanita bernama asli Liem Siok Lan atau Justiani, atau yang pernah menyebut SMI sebagai ‘sales promotion girl’ (SPG) IMF. Kemudian, Liem Siok Lan, dalam artikel lain ‘meralat’ sebutan SPG dan memberi sebuah nama lain, yang tidak patut disebut. Dengan sebuah kata yang bersinonim – yang juga tak patut diucapkan dari Justiani tersebut, Feizal dianggap tendensius, karena mengganggap acara HUT Salim adalah gawean partai politik tertentu.
Acara tersebut dihadiri sejumlah politisi dari partai Golkar, dan Demokrat, perwakilan Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dan juga dari Partai Serikat Rakyat Indipenden (SRI) yang juga aktivis Malari Rahman Tolleng.
“Kami yang datang dalam undangan HUT yang dihadiri isteri dan anak-anak keluarga Bang Salim, hanya memandang Salim sebagai senior FISIP UI, dan tidak terkait kegiatan partai atau interese lainnya. Salim senior yang sedang merayakan HUT,” demikian komentar Linda Djalil.
“Soal Sri Mulyani dan Partai SRI, silahkan orang partai yang menjawabnya. Saya akan bertemu Rahman Tolleng, hanya sejauh Beliau adalah aktivis dan senior peristiwa Malari”, demikian tutur Salim menutup pembicaraan. Sementara itu, Faizal Assegaf masih sedang dibangun kontak, dan diandaikan masih aktif sebagai blogger Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H